Rabu 25 Nov 2020 08:50 WIB

Ini Daftar Pejabat KKP yang Ikut Menteri Edhy Prabowo ke AS

Menteri KKP Edhy Prabowo ditangkap KPK di Bandara Soekarno-Hatta dinihari tadi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (ilustrasi). Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Menteri KKP Edhy Prabowo pada Rbau (25/11/2020) dinihari.
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (ilustrasi). Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Menteri KKP Edhy Prabowo pada Rbau (25/11/2020) dinihari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, Rabu (25/11) dinihari. Edhy Prabowo sejak Selasa (17/11) malam bertolak ke Amerika Serikat (AS). 

Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)  Agung Tri Prasetyo mengatakan kunjungan Edhy ke AS untuk memperkuat kerja sama bidang kelautan dan perikanan dengan salah satu lembaga riset di negara adidaya tersebut. Kerja sama ini dalam rangka mengoptimalkan budidaya udang secara berkelanjutan di Indonesia. 

Baca Juga

Selain itu, kata Agung, Edhy juga mengunjungi Oceanic Institute (OI) di Honolulu, Negara Bagian Hawaii. "Selasa malam Pak Menteri bersama pendamping bertolak dan transit dulu di Korea Selatan. Alhamdulillah telah tiba di Los Angeles untuk transit menjalani tes pcr/swab sebagai syarat wajib masuk Hawaii," ujar Agung dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (19/11) 

Sesuai jadwal, kata Agung, kunjungan kerja Edhy di AS berlangsung selama tujuh hari, termasuk waktu perjalanan yang juga didampingi Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, Plt Dirjen Perikanan Tangkap Muhammad Zaini Hanafi, dan Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Ditjen PSDKP Pung Nugroho Saksono. 

Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar mengatakan KKP memilih menjalin kerja sama dengan OI lantaran lembaga ini memiliki teknologi dan para ahli yang mumpuni di sektor budidaya berkelanjutan, khususnya spesies udang. Target dari kerja sama adalah adanya transfer teknologi serta pendampingan teknis di bidang genetika udang dari OI.

Selain itu, KKP berharap mendapatkan grand parent stock (GPS) vaname yang dapat menghasilkan induk-induk unggul, yakni tahan salinitas rendah, toleran terhadap penyakit, dan pertumbuhannya cepat. Bahkan dengan potensi yang dimiliki, Indonesia berpeluang menghasilkan great grand parent stock (GGPS).

"Dengan adanya transfer teknologi dalam menghasilkan induk udang unggul, artinya kita dapat mengurangi ketergantungan dari induk udang impor," ucap Antam.

Melalui kerja sama dengan OI, sambung Antam, rencana KKP membangun broodstock center modern berskala internasional termasuk fasilitas Nucleus Breeding Center juga bisa lebih mudah. Sebab dibutuhkan para ahli untuk membantu baik dari segi ilmu genetika dan disain broodstock center.

"Dengan aplikasi teknologi tepat guna dan modern, harapannya budidaya udang Indonesia bisa unggul. Bahkan kita bisa mengekspor indukan udang ke negara yang membutuhkan," sambung Antam. 

Antam menjelaskan, pengembangan budidaya udang nasional adalah arahan langsung Presiden Joko Widodo saat menunjuk Edhy Prabowo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan sehingga kerja sama dengan OI menjadi salah satu upaya Menteri KKP menjawab arahan tersebut.    

"Merujuk arahan Presiden kepada Pak Menteri untuk pengembangan budidaya udang vaname, nah ini salah satu upaya ke sana. Untuk pengembangan budidaya di Indonesia, kita perlu kerja sama dengan para ahli," kata Antam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement