Senin 09 Nov 2020 16:40 WIB

Santri Positif Covid-19 di Garut Terus Bertambah

Rata-rata santri yang terkonfirmasi tak memiliki gejala penyakit.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dari kalangan santri yang menimba ilmu di pesantren di Kabupaten Garut terus mengalami penambahan. Setelah 163 santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Pangatikan terkonfirmasi positif dan telah dinyatakan sembuh, kali ini muncul klaster penyebaran Covid-19 di pesantren yang berada di Kecamatan Samarang.

Camat Samarang, Neneng Martiana mengatakan, hingga saat ini terdapat 41 santri dan pengurus terkonfirmasi positif Covid-19 dari salah satu pesantren yang terdapat di wilayahnya itu. Seluruh santri dan pengurus yang positif Covid-19 itu telah dibawa ke Rumah Sakit Medina untuk menjalani isolasi.

Baca Juga

"Sejauh ini santri dan pengurus yang terkonfirmasi ada 41 orang. Awalnya kan ada 38 orang, yang satu di-swab ulang negatif. Lalu bertambah empat orang," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (9/11).

Menurut dia, penyebaran Covid-19 di lingkungan salah satu pesantren di wilayahnya itu diduga berawal dari seorang aparatur sipil negara (ASN) yang terkonfirmasi positif. Kebetulan, suami dari ASN itu merupakan pengurus pesantren tersebut, sehingga Covid-19 juga menular kepada para santri. "Jadi dari istrinya yang ASN, menular ke suaminya yang pengurus, lalu menular ke santri," kata dia.

Neneng menambahkan, rata-rata santri yang terkonfirmasi tak memiliki gejala penyakit. Namun, mereka tetap dibawa ke rumah sakit untuk menjalani isolasi. Sementara para santri yang negatif dikarantina di pesantren.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut juga menerapkan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di lingkungan pesantren. PSBM dilakukan sejak Senin hingga tujuh hari ke depan. "Kegiatan belajar mengajar di pesantren juga dihentikan. Namun untuk mengaji tetap berjalan," kata dia.

Neneng mengatakan, hingga saat ini petugas di lapangan masih melakukan penelusuran (tracing) kepada para santri dan pengurus. Ia berharap, munculnya klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren itu tak berdampak ke warga. 

"Kebetulan lokasi peeantren agak jauh dari lingkungan warga, mangkanya PSBM mudah. Insya Allah tak menyebar ke warga. Di sana juga tak terlalu banyak santri yang mondok, hanya ada 70-an santri," kata dia.

Sebelumnya, klaster pesantren juga muncul dari Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Sebanyak 163 santri dan pengurus pondok pesantren di Kecamatan Pangatikan itu dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, saat ini seluruh santri dan pengurus telah dinyatakan sembuh. Para santri dan pengurus pondok pesantren itu telah melewati massa isolasi dan diperbolehkan kembali pulang ke rumahnya masing-masing.

Juru bicara pesantren yang berada di Kecamatan Pangatikan itu, Nasrul Fuad mengatakan, dari 163 santri dan pengurus yang terkonfirmasi positif Covid-19, seluruhnya telah diperbolehkan kembali pulang ke rumah masing-masing. Mereka dinyatakan sehat setelah melalui massa isolasi selama 10 hari.

"Jadi dari total 163 orang, semua sudah dinyatakan selesai isolasi. Mereka pulang ke rumah masing-masing melalui puskesmas," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (8/11).

Sementara itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut mencatat dalam dua hari terakhir terdapat penambahan kasus yang cukup tinggi. Pada Ahad (8/11) tercatat ada penambahan sebanyak 55 kasus terkonfirmasi positif. Hingga saat ini, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut mencapai 970 kasus. Sebanyak 337 orang masih menjalani isolasi di rumah sakit, 614 orang sembuh, dan 19 orang meninggal dunia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement