Jumat 30 Oct 2020 19:49 WIB

Warga Sekitar Klaster Pesantren Belum Bersedia Ikut tes swab

Hingga saat ini, terdapat 163 orang yang positif Covid-19 dari klaster pesantren

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi salah satu pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi salah satu pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Petugas kesehatan masih belum melakukan pengetesan Covid-19 kepada warga di sekitar lingkungan pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19, yang berlokasi di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Warga dinilai belum sepenuhnya sadar dengan ancaman penularan Covid-19. Padahal, ratusan santri di pesantren itu telah dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani mengatakan, pengetesan kepada warga di sekitar lingkungan pesantren itu belum masih belum dilakukan. Alasannya, warga masih takut akan dibawa oleh petugas kesehatan jika dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. 

"Hasil koordinasi kita dengan forkopimcam setempat, mereka belum sadar untuk mau diswab. Jadi butuh pendekatan sosial yang lebih ditingkatkan," kata dia saat dihubungi Republika, Jumat (30/10).

Leli mengatakan, petugas kesehatan tak bisa serta merta memaksa warga untuk melakukan tes. Hal itu berada di luar kewenangannya. Menurut dia, petugas kesehatan hanya mendata kontak erat dari masyarakat sekitar. Setelah itu melakukan tes swab, kepada warga yang telah didata.

Karena itu, harus ada langkah dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 untuk melakukan pendekatan kepada warga. "Kalau kita dari Dinas Kesehatan kan hanya pelaksanaan. Mungkin harus ada upaya penyadaran masyarakat yang lebih baik lagi," kata dia.

Menurut dia, lokasi pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan itu berdekatan dengan permukiman warga. Dikhawatirkan, beberapa santri yang telah dinyatakan positif Covid-19 pernah berinteraksi dengan warga. Karena itu, pengetesan kepada warga sangat penting dilakukan untuk memastikan penyebaran Covid-19 di wilayah itu tak meluas. 

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi pada Selasa (27/10) ketika Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berkunjung ke pesantren di Kecamatan Pangatikan itu, asrama para santri hampir berbaur dengan permukiman warga. Tak ada tembok pemisah khusus antara lingkungan pesantren dan permukiman warga. Karenanya, Gubernur meminta petugas kesehatan juga melakukan pelacakan dan pengetesan kepada warga di sekitar pesantren.

Leli menyebutkan, sudah 467 sampel swab yang diambil dari pesantren itu. Hingga saat ini, terdapat 163 orang yang positif Covid-19 dari klaster pesantren tersebut. Sebanyak 126 orang adalah laki-laki dan perempuan 37 orang. Dari seluruh kasus terkonfirmasi itu, tujuh orang di antaranya merupakan pengurus pesantren.

Menurut dia, petugas kesehatan masih terus melakukan pengawasan di lingkungan pesantren. Petugas terus tanamkan agar para santri menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. 

Meski, ia memgakui, kondisi di pesantren itu tidak memungkinkan untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Sebab, satu kamar diisi oleh banyak santri. "Susah untuk jaga jarak. Padahal itu kan faktor utama yang harus dilakukan. Percuma kalau pakai masker tapi tetap berdempetan," kata Leli.

Ia mengingatkan, pesantren lain yang di Kabupaten Garut juga harus melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. Sebab, pesnatren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kabupaten Garut bukan hanya berada di Kecamatan Pangatikan.  "Dari pesantren masih bertambah, tapi tak terlalu banyak seeprti di sini. Intinya pesnatren protokol keaehatan harus dilaksanakan dengan ketat," kata dia.

Juru Bicara Pesantren yang berlokasi di Kecamatan Pangatikan itu, Narsul Fuad mengatakan, para santri dan pengurus yang dinyatakan positif Covid-19 seluruhnya telah dievakuasi untuk isolasi di rumah sakit dan sarana lainnya. Menurut dia, secara fisik, kondisi para santri dan pengurus yang diisolasi dalam keadaan sehat. Namun belum ada satu pun yang dinyatakan negatif.  "Itu kan harus sesuai hasil swab lanjutan. Kemungkinan, baru Ahad ada santri yang keluar isolasi," kata dia.

Untuk para santri yang dinyatakan negatif masih menjalani karantina di lingkungan pesantren. Santri putra dijadwalkan selesai menjalani karantina di pesnatren pada hari ini. Untuk para santri putri dijadwalkan selesai karantina pada Rabu pekan depan.

Nasrul menambahkan, petugas kesehatan juga masih berada di pesntren untuk mengontrol kesehatan para santri. Tak hanya mengontrol gejala yang berkaitan dengan Covid-19, tapi juga gejala penyakit lainnya.

Menurut dia, para santri yang telah selesai menjalani karantina di pesantren akan diperbolehkan kembali ke rumahnya masing-masing. "Kasihan juga orang tua santri sejak ada kasus belum bertemu anak-anaknya. Jadi kita berikan waktu mereka berkumpul sampai kondisi di sini pulih seluruhnya," kata dia.

Para santri yang diperbolehkan pulang nantinya harus dijemput langsung orang tua atau wali mereka. Pihak pesantren juga akan memberi edukasi kepada keluarga santri, agar ketika anaknya sampai di rumah harus menjalani karantina selama 4 hari. Setelah itu, baru mereka boleh beraktivitas di luar rumah.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement