Kamis 05 Nov 2020 17:30 WIB

Ekonomi Indonesia Masih Kontraksi, Ini yang Harus Dilakukan

Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Kepala BPS Suhariyanto saat memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga secara virtual, Kamis (5/11).
Foto: Tangkapan Layar BPS
Kepala BPS Suhariyanto saat memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga secara virtual, Kamis (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen pada kuartal tiga 2020. Jika dibandingkan kuartal dua 2020, pertumbuhan ekonomi naik 5,05 persen.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Mohammad Faisal realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga 2020 menandakan belum ada perbaikan ekonomi ke depan.

Baca Juga

“Artinya potensi ke depan bisa jadi dalam beberapa kuartal, kita masih akan mengalami pertumbuhan yang kontraksi,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (5/11).

Menurutnya realisasi pertumbuhan ekonomi juga menandakan kontraksi cukup dalam. Padahal pada kuartal tiga 2020 pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah dilonggarkan.

“Kontraksi tidak sedalam itu saya prediksi meski sudah lebih baik dari kuartal II tapi kuartal II anjlok karena pengetatan,” ucapnya.

Ke depan, Faisal menyebut perekonomian harus digerakkan oleh konsumsi khususnya kalangan menengah ke atas yang dinilai masih menahan pengeluaran. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah agar pertumbuhan ekonomi kembali positif.

“Pekerjaan rumah besar yang harus ditanggulangi mengenai pandemi karena selama ada peningkatan kasus Covid-19, konsumsi masyarakat ekonomi menengah ke atas akan tetap bertahan atau menunda belanja,” jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement