Kamis 05 Nov 2020 16:08 WIB

APBN Berperan Penting dalam Pemulihan Ekonomi Kuartal III

Akselerasi belanja negara yang tumbuh 15,5 persen pada kuartal ketiga ini.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja tentang Protokol Ketujuh Jasa Keuangan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/10/2020). Dilaksanakannya ratifikasi protokol ketujuh jasa keuangan AFAS maka pertumbuhan industri asuransi syariah Indonesia berpeluang untuk berkembang melalui peningkatan investasi dan persaingan serta memperluas akses pasar yang dikomitmenkan negara mitra ASEAN.
Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja tentang Protokol Ketujuh Jasa Keuangan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/10/2020). Dilaksanakannya ratifikasi protokol ketujuh jasa keuangan AFAS maka pertumbuhan industri asuransi syariah Indonesia berpeluang untuk berkembang melalui peningkatan investasi dan persaingan serta memperluas akses pasar yang dikomitmenkan negara mitra ASEAN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, stimulus fiskal atau instrumen APBN membantu aktivitas ekonomi nasional menuju pembalikan arah (turning point). Hal ini tergambarkan dari kontraksi ekonomi pada kuartal ketiga yang tidak sedalam dibandingkan kuartal kedua.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia pada periode Juli-September tumbuh negatif 3,49 persen (year on year/yoy), membaik dibandingkan kuartal kedua yang negatif 5,32 persen.

"Ini menunjukkan proses pemulihan dari aktivitas ekonomi nasional yang menunjukkan ke arah zona positif," tutur Sri dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/11).

Sri menyebutkan, perbaikan kinerja perekonomian didorong oleh peran stimulus fiskal atau instrumen APBN dalam penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Akselerasi belanja negara yang tumbuh 15,5 persen pada kuartal ketiga ini terutama ditopang dengan realisasi bantuan sosial dan dukungan untuk dunia usaha, terutama UMKM.

Sri menjelaskan, rilis BPS juga mengonfirmasi, percepatan realisasi belanja negara yang meningkat pesat pada kuartal ketiga telah membantu peningkatan dari pertumbuhan konsumsi pemerintah.

Semula, komponen ini tumbuh negatif 6,9 persen pada kuartal kedua yang meningkat tajam menjadi 9,76 persen pada kuartal ketiga. "Turning pointnya melebihi 17 persen sendiri," kata Sri.

Belanja pemerintah, kata Sri, juga mendukung konsumsi rumah tangga melalui perlindungan sosial yang meningkat tajam. Konsumsi masyarakat tercatat menunjukkan tren pembaikan menjadi minus 4,0 persen pada kuartal ketiga, dari negatif 5,5 persen di kuartal kedua.

Sri mengakui, konsumsi rumah tangga kelas menengah atas masih terbatas. Sebab, karakter dari konsumsi mereka didominasi barang dan jasa yang sensitif terhadap mobilitas. Sedangkan, mobilitas harus dibatasi seiring dengan upaya penekanan penyebaran virus Covid-19. "Maka, konsumsi kelas menengah atas jadi tertahan," katanya.

Sri menjelaskan, upaya pemerintah untuk memperbaiki penanganan pandemi dari berbagai indikator dan upaya penemuan vaksin serta vaksinasi diharapkan akan mampu mengembalikan tren konsumsi rumah tangga, terutama kelas menengah atas. Dengan begitu, diharapkan perbaikan terus terakselerasi sampai kuartal-kuartal berikutnya.  

Perbaikan juga difokuskan pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang masih kontraksi 6,48 persen pada kuartal ketiga. Sebelumnya, komponen ini tumbuh negatif 8,61 persen pada kuartal kedua. Upaya perbaikan iklim investasi dan perbaikan berbagai regulasi yang memudahkan dunia usaha diharapkan Sri mampu memperbaiki PMTB ke depannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement