Kamis 05 Nov 2020 01:40 WIB

Unhas Bahas Pemilu Amerika dalam Diskusi Virtual

Diskusi ini bentuk respons Laboratorium HI Unhas dalam mengkaji isu-isu terkini.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Diskusi virtual membahas tentang pemilu di Amerika Serikat digelar oleh Departemen HI, FISIP Universitas Hasanuddin, Makassar, Rabu (4/11).
Foto: Humas Unhas
Diskusi virtual membahas tentang pemilu di Amerika Serikat digelar oleh Departemen HI, FISIP Universitas Hasanuddin, Makassar, Rabu (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin melalui Laboratorium HI, menggelar Diskusi Interaktif dalam platform akademik bernama Nalar Volume #5. Acara yang digelar secara virtual itu membahas soal Pilpres AS. 

Diskusi menghadirkan dua dosen HI Unhas sebagai pemantik, yaitu Pusparida Syahdan, dan Muhammad Nasir Badu. Dalam pengantarnya, Ketua Departemen HI Unhas Darwis, menjelaskan inisiatif ini merupakan bentuk respons Laboratorium HI Unhas dalam mengkaji isu-isu terkini.

Baca Juga

“Kita menyiapkan platform yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, baik dosen, mahasiswa, maupun alumni dan mitra untuk berdiskusi membahas isu-isu terkini. Kebetulan sekarang sedang berlangsung pemilihan Presiden Amerika Serikat, maka kita mengangkat topik ini,” kata Darwis dalam keterangan resminya, Rabu (4/11).

Dalam pengantar diskusinya, Pusparida Syahdan memaparkan isu-isu utama dalam sistem politik Amerika yang memengaruhi preferensi pemilih pada setiap pemilihan umum. “Kita dapat membedekan karakter pemilih Amerika dengan melihat data survei dan melihat kecenderungan pesan kampanye yang dibawa oleh masing-masing kandidat,” ujarnya. 

Sementara Muhammad Nasir Badu dalam pengantarnya menyebutkan bahwa Pemilu Amerika memang selalu ditunggu-tunggu. Sebab secara aktual Amerika Serikat masih memiliki peran yang besar dalam hubungan internasional.

“Pemimpin Amerika terpilih nantinya akan memengaruhi politik global, terutama dalam bidang ekonomi dan pertahanan. Selain itu, hal yang bisa kita pelajari adalah bagaimana politik dan demokrasi dapat berlangsung dalam suasana santun,” kata Nasir.

Pemilihan Presiden Amerika Serikat menggunakan sistem yang unik. Pemilih akan menentukan pilihan terhadap electoral college yang berbeda-beda setiap negara bagian. Electoral college inilah yang menjadi wakil negara bagian, dan memilih Presiden secara formal pada bulan Desember.

Akan tetapi, electoral vote atau EV (yaitu suara pemilih electoral college) merupakan gambaran pasti dari Presiden terpilih. Jumlah EV di seluruh Amerika Serikat adalah 538. Dengan demikian, kandidat yang berhasil mencapai minimal 270 electoral college akan memenangkan pemilihan.

Diskusi interaktif Nalar Volume #5 Laboratorium HI Unhas ini diikuti oleh 174 peserta secara virtual melalui zoom dan 80 peserta melalui YouTube.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement