Jumat 16 Oct 2020 15:33 WIB

Orang Dewasa Juga Perlu Vaksinasi

Sebagian besar vaksinasi memerlukan pengulangan, termasuk di usia dewasa.

Sandiaga Uno menjalani vaksinasi difteri. Pengulangan vaksinasi saat dewasa diperlukan untuk meningkatkan atau kembali memberikan proteksi terhadap penyakit tertentu yang bisa dicegah dengan vaksin.
Foto: REPUBLIKA/Sri Handayani
Sandiaga Uno menjalani vaksinasi difteri. Pengulangan vaksinasi saat dewasa diperlukan untuk meningkatkan atau kembali memberikan proteksi terhadap penyakit tertentu yang bisa dicegah dengan vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, Dirga Sakti Rambe, mengatakan vaksinasi bagi orang dewasa perlu dilakukan, terutama jika orang tersebut pada masa kecilnya belum pernah mendapatkan imunisasi sama sekali. Tidak hanya itu, sebagian besar imunisasi memerlukan pengulangan sebagai kelanjutan vaksinasi pada saat anak-anak.

"Artinya, pada saat kecil sudah pernah divaksinasi, tapi pada saat dewasa perlu diulang karena proteksi vaksinnya sudah habis atau perlu ditingkatkan lagi," ujar Dirga dalam diskusi FMB virtual yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kamis.

Baca Juga

Selain itu, urgensi vaksinasi untuk orang dewasa adalah risiko pekerjaan, misalnya pada seseorang yang berprofesi sebagai dokter. Kegiatan travelling juga menjadi alasan lainnya. Sebagai contoh, kegiatan haji atau umroh diperlukan vaksin meningitis.

Ada 15 jenis vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa, di antaranya Hepatitis A/B dan tetanus. Secara spesifik, terutama selama pandemi seperti saat ini, mengutip dari WHO, Dirga mengatakan orang dewasa perlu mendapatkan vaksinasi influenza dan pneumonia.

Efektivitas vaksin

Pada prinsipnya, Dirga menjelaskan, vaksin adalah suatu zat yang bila diberikan kepada seseorang akan memicu kekebalan terhadap suatu penyakit yang spesifik. Sementara pada keadaan normal, artinya tanpa vaksinasi, orang kebal harus sakit terlebih dahulu.

"Tetapi kalau sakitnya Covid-19 kan bahaya ya, jadi konsep utamanya adalah orang kebal tanpa harus sakit," ujar Dirga.

Kandungan vaksin yang utama, yakni antigen, menurut Dirga, merupakan komponen dari virus dan bakteri yang nantinya dikenali oleh tubuh sehingga tubuh membentuk antibodi.

"Jadi bukan berarti vaksin itu isinya virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan, tidak selalu seperti itu. Dan, tentunya ada komponen lainnya, yang disebut ajuvan yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas vaksin, ada stabilizer," kata Dirga.

photo
Seorang perawat memberikan dosis vaksin flu di Bilbao, Basque, Spanyol utara, 13 Oktober 2020. Kampanye vaksinasi flu tahunan dimulai di wilayah tersebut dengan tujuan untuk mengimunisasi 75 persen populasi yang berusia lebih dari 65 tahun di tengah wabah virus korona. - (EPA-EFE/LUIS TEJIDO)

Bahkan, dalam prosesnya, Dirga menjelaskan, pembuatan vaksin mengutamakan keamanan dengan melalui proses panjang, mulai dari penelitian pada hewan, manusia, berjumlah puluhan, ratusan hingga ribuan orang. Dengan begitu bisa didapatkan hasil apakah vaksin itu aman dan efektif.

Lebih lanjut, mengutip data dari WHO, Dirga mengatakan, setidaknya setiap tahun ada dua hingga tiga juta nyawa yang terselamatkan dari penyakit-penyakit yang bisa dicegah dari imunisasi.

"Ini proses bioteknologi yang sangat kompleks, sehingga sesudah pada hasil akhirnya terjamin amannya dan kualitasnya sehingga dapat diberikan secara massal," kata Dirga.

Meski begitu, Dirga tidak memungkiri vaksin memang memiliki efek samping. Dia menyebut sebanyak 95 persen vaksin memiliki efek samping sangat ringan atau lokal yaitu, nyeri di bekas suntikan. Terkadang, vaksin dapat menyebabkan demam. Namun, demam tersebut merupakan tanda bahwa vaksin bekerja atau tanda sistem kekebalan itu terstimulasi.

"Imunisasi atau vaksinasi itu bukan hanya tanggung jawab pribadi, kita tidak bicara hanya untuk melindungi diri kita sendiri. Tapi, imunisasi adalah tanggung jawab sosial karena pada masyarakat atau penduduk yang cakupan imunisasi rendah, maka penyakit gampang menyebar," ujar Dirga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement