Jumat 09 Oct 2020 15:15 WIB
Cerita di Balik Berita

Mau Wawancara Jenderal Malah Dipukul Kopral

Kopral itu hampir meninju wajah dan menendangku.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Sebelum sampai ke ruang Kaster, si provost memintaku agar tak melaporkan insiden itu ke Agus Widjojo. “Lihat saja nanti,” jawabku yang masih masih jengkel.

Di ruang Kaster aku sudah ditunggu Agus Widjojo. Wawancara itu hanya dengan aku sendiri. Tak ada wartawan lain. Tapi aku tak mengadukan insiden pemukulan itu ke Kaster.

Malu juga, wartawan yang liputan di Mabes TNI kok dipukul tentara. Kopral lagi.

Sebelum pulang Agus sempat bertanya. “Gimana tadi di jalan, aman-aman saja ?” Tak tahu kenapa dia bertanya begitu. Apakah dia sudah mendapat laporan soal keributan tadi? 

“Aman Pak. Lancar,” jawabku.

Provost yang tadi mengantarku menanyakan apakah aku melapor soal pemukulan itu ke Kaster atau tidak. Aku jawab tidak. Tapi aku ingin kopral itu diberi sanksi agar kapok.

Aku diminta untuk melapor ke kantor tak jauh dari gedung Kaster.  Di situ aku diminta menuliskan kronologis kejadian. 

“Nanti kami akan tindaklanjuti Mas,” kata perwira yang menerima laporanku.

“Tapi kalau bisa Mas cabut saja pengaduannya. Kasihan dia Mas. Tentara seperti itu kan hanya menjalankan tugas. Tugas dia menjaga pintu pagar,” pintanya.

Dia memberiku nomor telepon yang bisa kuhubungi untuk tahu sampai sejauh mana penanganan kasus itu.

“Kalau Mas mau meneruskan kasusnya nanti telepon saya. Tapi kalau tidak kita tutup saja. Toh Masnya nggak apa-apa,” pesannya.

Aku kembali pulang. Sepanjang jalan aku memikirkan kejadian tadi. Lucu dan memalukan. Wartawan  yang liputannya di TNI koq dipukul tentara.

Kalau ada wartawan lain yang tahu kejadian itu, pasti sudah jadi berita. “Wartawan Republika Dipukuli Anggota TNI”. Mungkin begitu judul beritanya.

Lama-lama aku berpikir buat apa ya kasusnya diteruskan. Agar aku puas membalas kopral itu? Mungkin dia kelewat disiplin menjalankan tugasnya. Kasihan juga kalau nanti kena sanksi. 

Aku pandangi tulisan di bloknote-ku yang berisi nomor telepon perwira tadi. Lalu halaman itu kurobek, kuremuk-remuk, dan kubuang.

Tips menembus lokasi liputan

- Pastikan tujuan  liputan dan siapa yang hendak ditemui

- Buat alasan yang masuk akal agar Anda diizinkan masuk

- Menyamar jika terpaksa

- Minta bantuan orang yang punya akses

- Jangan lupa bawa ID card

- Pastikan kondisi fisik Anda sehat, penting jika terpaksa kabur

- Pertimbangkan risiko jika Anda tetap memaksa masuk.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement