Selasa 06 Oct 2020 15:19 WIB

Turki Desak NATO Dukung Persatuan Azerbaijan

Turki meminta Armenia mundur dari wilayah Azerbaijan di Nagorno Karabakh.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
Foto: Matthias Balk/dpa via AP
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu telah menyampaikan permintaan kepada komunitas internasional khususnya NATO untuk menuntut Armenia mundur dari tanah Azerbaijan. Permintaan itu disampaikan menyusul konflik baru-baru ini terjadi di wilayah yang disengketakan, Nagorno-Karabakh.

"Adalah normal bagi NATO untuk menyerukan gencatan senjata dengan cara yang seimbang, serta solusi damai untuk masalah tersebut," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu pada konferensi pers dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Senin (5/10) waktu setempat, dikutip laman Hurriyet Daily News, Selasa (6/10).

Baca Juga

"Namun, semua orang, terutama NATO, harus hadir dalam seruan untuk penyelesaian masalah ini. Artinya, Armenia harus mundur dari sana dalam kerangka hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB dan di bawah integritas wilayah dan perbatasan Azerbaijan. Jika tidak, masalah ini tidak dapat diselesaikan," ujarnya menambahkan.

Menlu Turki juga menuduh pasukan Armenia menargetkan warga sipil di sepanjang garis depan. Menurutnya, Armenia secara langsung menargetkan warga sipil di Azerbaijan, yang pada dasarnya merupakan kejahatan perang.

Sementara itu, Stoltenberg mengatakan, bahwa NATO sangat prihatin tentang konflik Nagorno-Karabakh, Dia pun menyerukan solusi damai untuk sengketa tersebut.

Pejabat NATO itu berharap Turki untuk menggunakan pengaruhnya menenangkan konflik karena jumlah korban jiwa meningkat di wilayah tersebut. "Sangat penting bagi kami untuk menyampaikan pesan yang sangat jelas kepada semua pihak bahwa mereka harus segera menghentikan pertempuran dan bahwa kami harus mendukung semua upaya untuk menemukan solusi damai yang dinegosiasikan," kata Stoltenberg.

Dia menekankan bahwa tidak ada solusi militer untuk sengketa tersebut. Sementara itu, petinggi pertahanan Turki menuduh Armenia melakukan kejahatan perang dengan menargetkan warga sipil dan daerah pemukiman dalam konflik bersenjata dengan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh.

"Otoritas Armenia akan diadili di hadapan hati nurani umat manusia, terutama rakyatnya, di masa mendatang. Armenia harus mundur dari tanah yang didudukinya, mengakhiri kerja samanya dengan teroris dan mengevakuasi tentara bayaran sebelum melakukan lebih banyak kejahatan perang," ujar Menteri Pertahanan Hulusi Akar dalam konferensi video pada Senin waktu setempat.

Akar menggemakan kritik Menlu Cavusoglu terhadap kekuatan internasional. "Mereka yang tetap diam tentang pendudukan Armenia selama 30 tahun terakhir sekarang harus melihat wajah aslinya dan mengerahkan upaya untuk mengembalikan tanah ini kepada pemilik aslinya," kata dia.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan, bahwa Turki harus berpartisipasi dalam proses penyelesaian konflik baru-baru ini di Garis depan Azerbaijan-Armenia. "Turki, dengan posisinya yang kuat di komunitas internasional, harus berpartisipasi dalam proses solusi di [Atas] Karabakh," kata Ilham Aliyev.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement