Selasa 06 Oct 2020 12:54 WIB

Presiden Azerbaijan: Kami Bebaskan 3 Desa Lagi dari Armenia

Presiden Azerbaijan menyebut operasi militernya berjalan sukses.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah gambar diam yang diambil dari video selebaran yang tersedia Kementerian Luar Negeri Armenia mengklaim menunjukkan puing-puing setelah pertempuran di Stepanakert dari Nagorno-Karabakh, 04 Oktober 2020. Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas Nagorno. Wilayah -Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh).
Foto: EPA-EFE/ARMENIAN FOREIGN MINISTRY
Sebuah gambar diam yang diambil dari video selebaran yang tersedia Kementerian Luar Negeri Armenia mengklaim menunjukkan puing-puing setelah pertempuran di Stepanakert dari Nagorno-Karabakh, 04 Oktober 2020. Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas Nagorno. Wilayah -Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan, militer Azerbaijan telah mendorong mundur agresi Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh. Tentara Azerbaijan membebaskan tiga desa lagi dari pendudukan Armenia.

"Hari ini, Tentara Azerbaijan membebaskan desa Shikhali Agali, Sarijali, dan Mezre di distrik Jabrayil dan beberapa ketinggian strategis ke berbagai arah," ujar Presiden Aliyev melalui Twitter terverifikasinya dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (6/10).

Baca Juga

"Operasi sukses Tentara kita yang mulia sedang berlangsung. Karabakh adalah Azerbaijan!," ujarnya menambahkan.

Pada Sabtu lalu, Aliyev mengumumkan bahwa tentara Azerbaijan telah membebaskan pemukiman di Karkhulu, Shukurbeyli, Cherekan, Dashkasan, Horovlu, Mahmudlu, Jafarabad, Yuxari Maralyan dan Dejal, juga di distrik Jabrayil.

Konflik Azerbaijan dan Armenia seperti puncak gunung es dan pecah pada 27 September lalu. Pertempuran dimulai pada 27 September, ketika pasukan Armenia disebut menargetkan pemukiman sipil Azerbaijan. Baku membalas serangan tersebut. 

Hubungan antara dua republik bekas Soviet itu memang telah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.

Berbagai resolusi PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan penyerang. OSCE Minsk Group yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat (AS) dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, disepakati pada 1994.

Banyak kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, telah mendesak gencatan senjata segera. Turki, sementara itu, mendukung hak Baku untuk membela diri.

Presiden Azerbaijan mengatakan juga mengatakan, bahwa Turki harus berpartisipasi dalam proses untuk menyelesaikan konflik Karabakh Atas dengan Armenia. "Turki, dengan posisinya yang kuat di komunitas internasional, harus berpartisipasi dalam proses perdamaian di (Atas) Karabakh," ujar Ilham Aliyev dalam sebuah wawancara dengan TRT Haber, saluran berita yang dikelola pemerintah Turki.

Aiyev mengatakan, kendaraan udara tak berawak (UAV) Turki membantu menurunkan jumlah korban di zona konflik. Dia juga menekankan bahwa Armenia sedang mencoba menarik Rusia ke dalam perang dengan menyerang wilayah Azerbaijan. "Rusia bertindak seperti negara yang bertanggung jawab dan besar mengenai Karabakh. Ada pesan positif dari Rusia dan tidak diragukan lagi bahwa Rusia akan memihak manapun," katanya.

Aliyev menegaskan, bahwa serangan Armenia terhadap pemukiman sipil tidak dapat diterima. Menurutnya, kota Ganja bukanlah daerah pertempuran.

Mengenai panggilan negosiasi dari beberapa negara, dia mengatakan Armenia mengharapkan tidak hanya gencatan senjata, tetapi juga jaminan di luar itu. Azerbaijan mendukung penyelesaian damai atas sengketa tersebut.

Aliyev mengatakan, bahwa negara itu juga menuntut tanggal pasti untuk penarikan pasukan Armenia dari wilayah pendudukan Nagorno-Karabakh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement