Jumat 02 Oct 2020 14:27 WIB
Cerita di Balik Berita

Persaingan Wartawan di Lapangan: Bobol Berita di Singapura

Kami tertipu wartawan senior yang melanggar membuat berita.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Di hari terakhir kami mewawancarai Deputi Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Kami menemuinya di ruang kerjanya.

Usai wawancara sudah sore. Kami kembali ke hotel. Malam itu rombongan wartawan hendak menikmati hari terakhir di Singapura. Karena itu kami bersepakat hasil wawancara dengan Lee Hsien Loong tidak akan dikirimkan ke Jakarta hari itu. Nanti saja kalau sudah tiba di Tanah Air.

Sebenarnya aku ingin protes dengan keputusan itu. Apalagi redaktur halaman satu di Jakarta sudah meminta agar wawancara itu ditulis segera. Namun, karena sudah ada kesepakatan, aku ikut saja.

Aku jelaskan kepada redaktur di Jakarta bahwa semua bersepakat tidak menuliskan hasil wawancara itu. Jadi aku terikat dengan kesepakatan itu.

“Tapi pasti ya yang lain nggak nulis ya,” redaktur di Jakarta meyakinkan.

“Pasti Mas. Nggak enak kalau nanti kita muat sendiri,” jawabku.

Maka malam itu pergilah kami semua berkeliling Singapura. Hanya satu orang, wartawan senior dari media nasional di Jakarta yang tak ikut serta. Dia memilih untuk istirahat di hotel saja.

Dia mengaku sangat kelelahan. Dan lagi, alasannya dia sudah sangat sering ke Singapura. Jadi tak tertarik untuk ikut jalan-jalan. 

Malam itu kami lalui dengan senang hati. Menikmati Singapura di waktu malam dan membeli oleh-oleh. Kami kembali ke hotel dinihari dengan badan keletihan.

Pagi-pagi redaktur meneleponku sambil marah-marah. Ternyata wartawan senior yang tinggal di hotel, menulis berita wawancara dengan Wakil PM Singapura Lee Hsien Loong.  Berita itu dimuat di halaman depan korannya. Jadilah berita itu eksklusif, karena tak satu pun media nasional yang memuatnya, termasuk Republika. Semua kebobolan.

Aku jengkelnya minta ampun. Ternyata kami semua dibohongi. Kami sudah sepakat menunda menulis wawancara itu, dia melanggarnya. Wartawan lainnya yang belakangan tahu juga tak kalah kesalnya.

Sejak pertama jadi wartawan aku diajarkan untuk tak gampang percaya dengan informasi yang kuterima. Tak gampang percaya dengan yang dikatakan narasumber. Mulai saat itu aku menambahkan satu daftar lagi, jangan gampang percaya dengan kesepakatan sesama wartawan.

Tips mendapatkan berita eksklusif

- Bangun hubungan saling percaya dengan narasumber

- Simpan nomor kontak narasumber penting termasuk orang dekatnya seperti ajudan dan sopir

- Dalami isu di desk Anda ditempatkan

- Jika melakukan wawancara bersama, sampaikan pertanyaan kunci saat ada kesempatan bertanya sendiri

- Cari angle yang paling menarik  dan tidak biasa dari sebuah peristiwa

- Lengkapi tulisan dengan data hasil riset

- Jangan gampang menyerah mendapatkan informasi penting.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement