Selasa 29 Sep 2020 09:23 WIB
Cerita di Balik Berita

Makan Malam di Rumah Jokowi

Saat diundang makan di rumah Jokowi, kami mengobrol ringan soal sepak bola.

Abdullah Sammy, Jurnalis Republika.

Pada pagi menjelang pembukaan kongres, saya mendapati sosok pria yang terlihat sibuk. Dia berlalu lalang di jalanan di depan Hotel Sunan yang menjadi lokasi kongres. Pria yang terlihat seperti koordinator event organizer itu tampak mempersiapkan prosesi arak-arakan peserta kongres. Pria itu tak lain adalah Joko Widodo yang saat itu menjabat sebagai wali kota Solo.

Nama Jokowi masih asing di pentas nasional. Saya pun tak akan mengenalinya sebagai wali kota jika tak diberi tahu oleh salah satu wartawan lokal Solo. Sebab, Jokowi tampak membaur dengan wartawan di tengah jalanan.

Dia mengatur langsung jalur yang akan dilalui oleh arak-arakan peserta kongres. Itu adalah ide dari Jokowi untuk meredam atmosfer panas menjelang kongres. Saat itu situasi memang sedang panas. Perseteruan di Kongres PSSI memuncak antara kubu Nirwan Bakrie-Nurdin Halid vs Arifin Panigoro-George Toisutta.

Atmosfer panas coba diredakan dengan strategi membuat pawai budaya dengan mengarak tokoh-tokoh masuk ke ruangan kongres. Jokowi tampak memimpin langsung persiapan di lapangan.

Saya mewawancarai Jokowi yang jauh berada di luar sorotan. Sorotan utama kala itu ada pada Menpora yang menjadi salah satu tokoh yang diarak. Sementara itu, Jokowi menjadi panitia yang mengarak. Ternyata suratan nasib tak ada yang tahu. Roda nasib berputar 180 derajat. Yang diarak masuk penjara, yang mengarak melenggang ke istana. Itulah rahasia hidup.

Saat itu saya mengabadikan ulasan tentang sosok Jokowi dalam sebuah tulisan. Pembahasan tentang Jokowi hanya sedikit dan hanya menjadi pelengkap di akhir tulisan. Saat menulis artikel ini, saya kembali membuka artikel tahun 2011 yang mengulas Jokowi. Saya baru menyadari kalau saat itu saya salah mengetik nama Jokowi. Nama Jokowi saya tulis dengan ketikan 'Joko Wi'.

Namun, perjumpaan lebih lama dengan Jokowi berlangsung pada malam harinya. Saya diundang makan di rumah dinas Jokowi. Di sana saya sempat ngobrol-ngobrol tentang sepak bola lokal dan internasional. Di tengah obrolan ringan itu, Jokowi berseloroh, "Sudah jangan ngobrol terus. Dimakan makanannya," kurang lebih seperti itu ucapan Jokowi.

Di kediaman Jokowi saat itu ada beberapa tokoh nasional, seperti Arifin Panigoro dan Agum Gumelar. Para tokoh memuji Jokowi yang dinilai berjasa besar di balik suksesnya pelaksanaan kongres PSSI Solo. Kebetulan pula tokoh-tokoh itu kemudian menjadi pendukung Jokowi untuk mentas ke level nasional hingga kini menjadi Presiden.

Boleh jadi Kongres PSSI adalah salah satu momentum munculnya nama Jokowi ke pentas nasional. Beberapa bulan usai Kongres PSSI, nama Jokowi muncul sebagai calon gubernur DKI pada Pilkada 2012. Dia menang di DKI dan karier politiknya semakin bersinar. Hingga akhirnya, Jokowi memenangkan Pemilu Presiden 2014.

Beberapa hari usai kemenangan di Pilpres 2014, saya kembali bertemu Jokowi. Itu adalah momen perjumpaan pertama saya dengan Jokowi setelah momen makan malam pada 2011. Saat itu, Jokowi datang ke kantor Republika. Dia datang bersama tim suksesnya, Anies Baswedan.

Dalam perjumpaan kedua kalinya itu, saya kembali mengajaknya ngobrol ringan soal sepak bola. Saya bertanya ke Jokowi, "Jagoin siapa pak di Piala Dunia (2014)?" Kali ini tak ada jawaban dari Jokowi. Dia berlalu begitu saja.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement