Sabtu 26 Sep 2020 04:14 WIB

Anggota DPR Soroti Minimnya Dana Abadi Riset

Alokasi dana riset nasional sangat kecil dibandingkan belanja hasil riset asing.

Rep: Ali Mansur/ Red: Nur Aini
Riset di Laboratorium (ilustrasi)
Riset di Laboratorium (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto mendukung pemerintah meningkatkan anggaran dana abadi riset Iptek dari Rp 3 triliun menjadi Rp 5 triliun. Mulyanto menilai peningkatan anggaran itu perlu direalisasikan agar riset Iptek dapat berkontribusi optimal dalam pembangunan daya saing bangsa. 

Menurut Mulyanto, sebagaimana diamanatkan dalam dalam UU nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Iptek, di mana pada Pasal 62 ayat (1) disebutkan, Pemerintah membentuk dana abadi penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan untuk menghasilkan Invensi dan Inovasi. "Maka sudah sepatutnya Pemerintah menyediakan anggaran yang layak untuk menunjang kegiatan riset Iptek," kata Mulyanto dalam siaran persnya, Jumat (25/9).

Baca Juga

Oleh karena itu, Mulyanto mengingatkan alokasi anggaran riset Iptek ini agar tidak dipandang sebagai biaya. Tetapi harus dilihat sebagai investasi membangun daya saing bangsa. Tanpa dukungan anggaran yang memadai maka kegiatan riset Iptek tidak bisa maksimal.

Mulyanto menyayangkan pemerintah kurang memperhatikan pentingnya kegiatan riset Iptek ini. Hal tersebut terlihat dari alokasi anggaran untuk riset yang sangat kecil dibanding anggaran belanja barang-barang hasil riset negara lain. Ia mencontohkan, anggaran riset vaksin corona dialokasikan hanya sekitar Rp 10 miliar, sedangkan anggaran untuk pembelian vaksin impor bisa mencapai Rp 25 triliun.

"Bahkan dibandingkan dengan anggaran influencer di media sosial saja, anggaran untuk riset vaksin ini kalah jauh," kata Mulyanto.

Sebagai mantan peneliti, Mulyanto merasakan betul sulitnya melakukan riset Iptek karena keterbatasan anggaran. Inovasi yang dihasilkan jadi kurang maksimal karena tidak ada dukungan pendanaan. Ia juga mengingatkan bahwa di Indonesia banyak peneliti hebat. Kualitas dan kapasitas keilmuannya tidak kalah dibanding peneliti asing. 

"Sayangnya peneliti-peneliti itu tidak didukung dengan anggaran yang memadai dalam melaksanakan riset Iptek. Sehingga tidak jarang peneliti harus bekerja sama dengan lembaga riset luar negeri agar dapat melaksanakan riset secara optimal," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement