Kamis 24 Sep 2020 08:07 WIB

Israel dan UEA Sepakat Perangi Ekstremisme

Israel dan UEA menyepakati sejumlah poin untuk dipromosikan lewat PBB

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 (Kiri ke kanan) Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald J. Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, AS, 15 September 2020.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
(Kiri ke kanan) Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald J. Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, AS, 15 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Utusan Israel untuk PBB Gilad Erdan membuat kesepakatan dengan mitra Uni Emirat Arab (UEA) Lana Nusseibeh untuk memerangi ekstremisme. Hal itu setelah kedua negara sudah menandatangani perjanjian normalisasi hubungan di AS beberapa waktu lalu.

Seperti dilansir laman Anadolu Agency, Erdan mengatakan bahwa dia mengadakan pertemuan pertamanya dengan Nusseibeh. Keduanya pun setuju untuk mempromosikan sejumlah masalah di PBB termasuk memerangi ekstremisme, memberdayakan perempuan, dan mengatasi virus corona.

Baca Juga

Pertemuan tersebut mencakup diskusi tentang kerja sama antara kedua negara dalam rangka memperluas manfaat perdamaian di Timur Tengah. Selain itu, kerja sama sebagai peluang penting bagi kedua negara dan seluruh kawasan.

UEA dan Israel mengumumkan pada 13 Agustus telah menyepakati perjanjian yang ditengahi AS untuk normalisasi hubungan. Langkah tersebut diikuti dengan serangkaian pengumuman tentang kesepakatan dan kontrak antara perusahaan dari kedua negara.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed, dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani telah menandatangani perjanjian di Gedung Putih pada Selasa (15/9) pekan lalu. Presiden AS Donald Trump turut menyaksikan proses penandatanganan tersebut.

Trump mengapresiasi keputusan UEA dan Bahrain untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Menurutnya, hal itu akan mengakhiri perpecahan dan konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade di kawasan. Kesepakatan normalisasi dipandang bakal membawa "fajar baru Timur Tengah".

Sementara, Palestina menilai langkah Bahrain dan UEA sebagai pengkhianatan. Penandatanganan perjanjian normalisasi di Gedung Putih dianggap sebagai "hari kelam" dalam sejarah Arab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement