Rabu 12 Aug 2020 19:38 WIB

Para Amil Tetaplah Waspada Corona

Kita ingatkan terus satu sama lain untuk lebih hati-hati dan menghindari kerumunan

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto:

Para Amil Waspadalah, Jangan Lengah

Di tengah dorongan pelonggaran yang dilakukan, apalagi dengan digaungkannya "new normal" terjadi penurunan tingkat kewaspadaan masyarakat. Sikap hati-hati dan waspada berkurang perlahan.

Istilah "new normal" membius sejumlah kalangan. Dan kita semua tahu, segera setelah orang merasa bebas, pasar, mall, tempat makan atau restoran lalu mendadak ramai dengan orang berkumpul. Orang dengan mudah melupakan penggunaan masker, jaga jarak dan cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah aktifitas.

Tiba-tiba kita semua kaget, pasar, mall dan sejumlah tempat berkumpul masyarakat berubah mengerikan menjadi sumber penularan yang massif dan cepat. Lalu pabrik, kantor dan fasilitas publik lainnya pun tak ketinggalan. Dibuka, ramai dan menjadi tempat-tempat baru sumber penularan wabah. Wajar seusai idul fitri kasus Covid-19 di Indonesia tambah kencang, dan semakin kencang ketika plonggaran-pelonggaran berujung menjadi lokasi-lokasi pelanggaran.

Kini, satu dua amil menjadi juga korban penularan. Apa pun penyebabnya, fakta ini semakin membuka mata bahwa amil memang tak berada di ruang vakum, yang terbebas dan bisa steril tanpa interaksi dengan wabah.

Amil yang positif Covid-19, sebagian telah sembuh dan pulih sediakala. Namun bukan tak mungkin terjadi lagi penularan. Apalagi santer terdengar kantor-kantor di sejumlah kota besar kini sebagiannya berubah menjadi kluster penularan wabah Covid-19.

Para amil di manapun, mari kita lebih hati-hati dan waspada. Kuatkan terus kontrol diri dan juga lingkungan kerja, maupun di sekitar rumah dan para tetangga. Kita ingatkan terus satu sama lain untuk lebih hati-hati, selalu jaga jarak dan menghindari kerumunan.

Amil ini DNA-nya pejuang. Ia juga para aktivis kebaikan serta pewaris jiwa kepemimpinan di tengah masyarakat. Maka, sudah menjadi takdirnya, bila para amil selalu dinamis jiwanya, juga terus tumbuh spirit kepemimpinan di manapun, termasuk ketika terjadinya wabah.

Para amil, selalu harus menjaga diri, hati-hati dan bergerak dan beraktivitas dalam bingkai "waspada purba wisesa". Maknanya tak lain adalah, selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada lingkungan sekitarnya.

Sikap waspada purba wisesa ini merupakan bagian dari spirit kepemimpinan lokal Indonesia, terutama bersumber dari falsafah Jawa. Bersama 10 spirit lokal lainnya, jiwa kepemimpinan tadi kini digunakan pula dalam konsep kepemimpinan di TNI. Secara lengkap kesebelas jiwa kepemimpinan tadi adalah: Taqwa, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, Waspada Purba Wisesa, Ambeg Parama Arta, Prasaja, Satya, Gemi Nastiti, Belaka dan Legawa.

Dalam konteks "waspada purba wisesa" setiap amil dituntut untuk waspada (dari kata awas) yang berarti dapat melihat. Ini berarti dapat melihat gejala dengan jalan menguak tabir selubung, sehingga setiap peristiwa dapat ditelaah, dikaji dan dimaknai, dan menjadikan ia tidak ragu-ragu, tidak takut dalam mengambil suatu keputusan.

Awas, juga mengandung pengertian waspada dan bijaksana. Waspada karena tajam penglihatannya, sehingga tahu sebelum terjadi sesuatu. Bijaksana, mengandung arti pandai, cakap, mahir, ahli, berpengalaman, cerdik sehingga ia merupakan pribadi yang memiliki kewibawaan untuk memimpin.

Sedangkan arti wisesa atau wasesa berarti keunggulan, kelebihan, atau kewibawaan disertai kekuasaan. Purba berarti mampu mengendalikan. Jadi purba wasesa berarti  mengendalikan semua keunggulan dan kekuasaan. Mengendalikan tadi, tentu saja berdasarkan sifat–sifat unggul yang dimiliki amil yang harus mampu mengurusi setiap persoalan yang berkembang.

Amil dengan konsep waspada purba wisesa artinya seorang amil zakat harus memiliki pandangan ke depan dan sanggup meramalkan bagaimana diri dan organisasinya. Juga bagaimana ia harus mampu menguasai dan mengendalikan sesuatu agar bisa lebih baik.

Dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya, para amil dan organisasi pengelola zakat, harus mampu mengatur tata laksana pengelolaan kantor masing-masing, kegiatan lapangan serta keselamatan mustahik dan amilnya ketika menyalurkan atau mendistribusikan zakat, infak dan sedekah untuk para mustahik. Para amil, dengan keunggulan dan kemampuannya juga, harus memastikan terlibat memutus mata rantai penularan wabah.

Para amil sebagai pewaris kepemimpinan bagi masyarakat, juga harus megimbangi sikap waspada purba wisesa ini dengan sikap dalam kepemimpinan Jawa lainnya. Sikap itu yakni, "saguh, wani lan purun" (sanggup, berani dan mau).

Bila amil ingin menjadi teladan mustahik dan juga masyarakat, maka ia pertama-tama harus "saguh" atau sanggup. Artinya si pemimpin harus menyiapkan diri, memiliki dan mengasah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan.

Kedua, dia harus "wani" berarti dia memiliki keberanian, yaitu berani mengambil keputusan, berani menentukan arah kebijakannya. Ketiga dia harus "purun", yaitu mau dalam arti kesetiaan, mempunyai loyalitas kepada amanah yang diembannya. Ketiga pegangan tadi walaupun merupakan falsafah jawa tetapi bersifat universal.

Sampai vaksin ini nanti ditemukan dan bisa digunakan para amil hendaknya tetap terjaga dan penuh kewaspadaan. Waspada dengan level purba wisesa.

Di tengah pandemi Covid-19 yang tak semakin menurun. Para amil tak boleh lalai, lengah apalagi mengabaikan protokol yang ada.

Saat yang sama, para amil juga tidak boleh mundur sedikit pun. Para amil harus tetap bergerak, mengedukasi dan membantu mustahik yang ada.

Walaupun pandemi Covid-19 ini masih kuat menerpa, namun pelayanan terhadap muzaki dan mustahik tak boleh berhenti. Apalagi para mustahik juga semakin tak mudah hidupnya dan memerlukan semakin banyak bantuan agar bisa terus survive dalam kehidupan-nya.

Para amil juga sebisa mungkin terus membantu pemerintah dan gugus tugas penanganan Covid-19 yang ada untuk membantu sejumlah aktivitas yang relevan dilakukan. Seperti edukasi, pemulasaraan jenazah, hingga menjaga ketahanan pangan warga miskin yang terapapar maupun pemulihan ekonomi pascapandemi.

Semoga, di tengah pandemi yang entah kapan akhirnya berhenti, para amil zakat semoga diberikan Allah SWT kesehatan dan keselamatan dalam bekerja dan bertugas membantu sesama. Semoga mereka juga selalu diberikan jiwa yang senantiasa terjaga dan waspada purba wisesa. Jiwa yang maju ke depan dengan gagah, tetapi tetap mampu menghitung dan mendeteksi segala kemungkinan yang akan terjadi dan menimpa.

Para amil adalah juga aktivis kebaikan. Semoga kebaikan yang mereka tanam, buahnya akan mengantarkan pada meluasnya semangat kebaikan di negeri ini, juga akan kembali kepada para amil dalam bentuk penjagaan dan perlindungan dari Allah atas segala mara bahaya yang terjadi. Baik bagi mereka, para amilnya sendiri, maupun keluarga, jugaembaga serta muzaki dan mustahik yang mereka kelola.

Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maulana waanikman nashir. (Cukuplah Allah sebagai sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami).

#Ditulis menjelang fajar hari Arafah, 9 Dzulhijah 1441/Kamis, 30 Juli 2020.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement