Selasa 11 Aug 2020 05:54 WIB

Tantangan Berkelas Sang Metronom

Juventus menunjuk Andrea Pirlo sebagai suksesor Sarri.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Agung Sasongko
Pelatih Juventus, Andrea Pirlo.
Foto: EPA/PETER POWELL
Pelatih Juventus, Andrea Pirlo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Keputusan Juventus memecat Maurizio Sarri bukan sesuatu yang mengejutkan. Target si Nyonya Tua tidak terbatas berjaya di ranah domestik. Bianconeri menginginkan trofi Liga Champions (UCL). Terakhir kali Raksasa Turin mendapatkan si kuping lebar, pada musim 1995/1996. 

24 tahun merupakan penantian yang panjang La Vechia Signora. Juve sempat menembus lima final UCL. Hanya saja, semuanya berujung kekalahan. Klub miliki keluarga Agnelli pun terus melakukan terobosan, agar kembali ke posisi nomor satu benua biru. 

Baca Juga

Saat menerima pinangan Juve, Sarri memiliki tugas ganda. Selain berjuang di Liga Champions, ia dituntut membuat skuat hitam putih tampil menghibur. Sebuah permainan menyerang secara konsisten dan dinamis. Sayangnya, semuanya tidak berjalan baik.

Taktik Sarri sulit diterapkan di skuat Bianconeri saat ini. Di lapangan, pasukan hitam putih gagal lolos ke perempatfinal UCL, usai dihentikan Olympique Lyon.  Manajemen bergerak cepat. Mereka menunjuk Andrea Pirlo sebagai suksesor Sarri. Padahal, belum sepuluh hari Pirlo berstatus pelatih tim U-23 Juventus. 

Mantan penyerang Chelsea dan tim nasional Italia, Gianfranco Zola menilai Bianconeri membuat langkah berani dengan mempekerjakan seseorang yang belum punya pengalaman di dunia kepelatihan. Namun, Zola yang pernah bekerja sebagai asisten Sarri di the Blues, meyakini rekannya itu bakal sukses. 

"Saya akan berbohong jika saya mengatakan saya tidak terkejut dengan kabar ini," katanya seperti dilansir Sky, Senin (10/8). 

Legenda hidup Juventus, Alessandro Del Piero pun tak kalah terkejut. Namun, Del Piero mengetahui betul kapasitas kawannya di Juve dan Gli Azzurri itu. Sang metronom telah mengenal para pemain, direktur, dan klub dengan baik. Modal positif menurutnya akan memudahkan semua pihak ketika berkomunikasi. 

Presiden Asosiasi Pelatih Italia, Ulivieri menilai sosok sosok 41 tahun memiliki pemahaman pertandingan, lebih baik, dibandingkan dengan beberapa arsitek yang sudah bekerja selama bertahun-tahun. 

"Saat ini Pirlo salah satu pemikir terdalam di dunia sepakbola. Dia sangat fokus, cerdas, dapat menganalisis intrumen yang melihat masa depan olahraga ini. Dia akan menyesuaikan sistem, dengan karakteristik pemainnya," ujar Ulivieri kepada Calciomercato, dikutip dari //Football Italia//.

Pertanyaannya,  strategi apa yang bakal diterapkan Pirlo di Juve?Sebuah isyarat sempat diungkap jebolan akademi Brescia itu. Pirlo mengaku menyukai format 4-3-3 dengan konsep permainan menyerang dan lebih banyak dalam penguasaan bola. 

Tentu Pirlo paham dengan situasi Juve saat ini.  Proses adaptasi dengan karakteristik para pemain yang ada sangat penting ketimbang idealismenya. 

"Jika anda terpaku pada sistem, dan pemain anda tidak dapat melakukannya, anda membuang-buang waktu. Anda tidak akan mendapatkan yang terbaik dari mereka," tutur pemain yang membawa Italia juara dunia 2006 itu. 

Seperti disinggung Giorgio Chiellini dalam bukunya, para pemain hebat seperti Pirlo, harus menerima kenyataan bahwa saat sejumlah eks bintang tersebut menjadi pelatih, mereka berurusan dengan manusia biasa. 

Apapun itu, Juventus seperti mengikuti tren yang berkembang di era terkini.  Banyak mantan pemain menjadi pelatih klub yang pernah mereka bela. Dimulai dari Josep Guardiola di Barcelona, Zinedine Zidane (Real Madrid), Gennaro Gattuso (AC Milan), Simone Inzaghi (Lazio). 

Kemudian Frank Lampard (Chelsea), Ole Gunnar Solskjaer (Manchester United), kini Pirlo di Juventus. Beberapa nama di atas belum berganti tim. Hanya Guardioala dan Gattuso yang sudah mencari tantangan baru di tempat lain. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement