Rabu 05 Aug 2020 06:21 WIB

Siapa Firaun yang Kejar Nabi Musa dan Ditelan Laut Merah?

Terdapat analisis arkeologis tentang Firaun yang tenggelam di Laut Merah.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat analisis arkeologis tentang Firaun yang tenggelam di Laut Merah. Laut Merah (ilustrasi)
Foto: Wikipedia
Terdapat analisis arkeologis tentang Firaun yang tenggelam di Laut Merah. Laut Merah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Mesir dalam setiap ayat itu berkaitan dengan nama Nabi Yusuf AS, Nabi Musa AS, dan Firaun. Menurut Ali, berbagai riset menunjukkan, Nabi Yusuf hidup di Mesir sekitar tahun 1630-1520 SM. Zaman itu disebut pula sebagai Periode Mesir Tengah. 

Menurut Ali Akbar dalam Arkeologi Al-Qur'an (2020),  kala itu, Mesir dikuasai bangsa Hyksos yang datang dari dataran timur atau Asia. Dalam Alquran, kata yang digunakan untuk menyebut penguasa Mesir pada masa itu ialah raja (malik), bukan Firaun. Ini menjadi salah satu dasar untuk menaf sirkan, raja-raja atau dinasti yang menguasai Mesir pada saat Nabi Yusuf hidup berasal dari luar Mesir.

Baca Juga

Ini berbeda dengan zaman Nabi Musa AS yang ketika itu Mesir dikuasai pemimpin raja yang bergelar Firaun. Kerajaan Mesir diperintah selama sekitar tiga ribu tahun oleh puluh an dinasti. Satu dinasti terdiri atas sejumlah Firaun. Lantas, Firaun manakah yang mengejar Nabi Musa AS dan akhirnya tenggelam di Laut Merah?

Ali mengatakan, para peneliti sejauh ini telah mengerucutkan kesimpulan pada dua nama, yakni Firaun Ramses II dan anaknya, Firaun Merneptah. Yang pertama memerintah hingga tahun 1212 SM. Mumi atau jasadnya telah diteliti banyak ahli, termasuk Dr Maurice Bucaille, seorang ahli bedah asal Prancis, pada 1975-1976. 

Firaun manapun yang dimaksud, menurut Ali, pada intinya Nabi Musa AS diperkirakan hidup sekitar tahun 1212 SM. Ia sendiri berkeyakinan, Firaun yang memelihara dan membesarkan Nabi Musa di ista nanya ialah Ramses II.

Setelah dewasa dan berdakwah agama tauhid, Nabi Musa dikejar Firaun berikutnya, yaitu Merneptah. Kini, jasad kedua Firaun tersebut dapat disaksikan di museum di Kairo, Mesir. Hal ini mengingatkan pada Alquran surat Yunus ayat 92: 

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ

“Maka pada hari ini, Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement