Selasa 04 Aug 2020 19:56 WIB

Kasus Positif Covid-19 di Jakarta Bertambah 466 Orang

Persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 7,8 persen.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Ratna Puspita
Covid-19 (ilustrasi). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19 harian per Selasa (4/8) di Jakarta sebanyak 466 orang.
Foto: www.freepik.com
Covid-19 (ilustrasi). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19 harian per Selasa (4/8) di Jakarta sebanyak 466 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19 harian per Selasa (4/8) di Jakarta sebanyak 466 orang. Dengan demikian, jumlah kumulatif kasus konfirmasi Covid-19 di wilayah DKI Jakarta hari ini sebanyak 22.909 orang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia Tatri Lestari memaparkan, terdapat sebanyak 14.381 orang dari total keseluruhan pasien dinyatakan telah sembuh. Sementara itu, 880 orang meninggal dunia. 

Baca Juga

"Adapun sebanyak 7.648 orang masih dirawat dan isolasi," kata Dwi, Selasa.

Dwi mengungkapkan, hingga Senin (3/8) tercatat 4.160 spesimen dites PCR. Hasilnya, terdapat 466 orang dinyatakan positif Covid-19 dan 3.071 orang negatif.

Dia menyebut, tes PCR di Jakarta dilaksanakan berdasarkan kolaborasi sebanyak 47 laboratorium milik pemerintah daerah, pemerintah pusat, BUMN, dan swasta. Pemprov DKI Jakarta, sambung dia, pun memberikan dukungan biaya tes kepada laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.

Di sisi lain, Dwi menjelaskan, untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 7,8 persen, sedangkan Indonesia sebesar 15,3 persen. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.

"Persentase kasus positif tersebut bisa dianggap valid karena standar jumlah tes yang dilakukan telah terpenuhi. Namun, apabila jumlah tesnya sedikit dan tidak memenuhi standar WHO, maka indikator persentase kasus positif patut diragukan," papar Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement