Rabu 05 Aug 2020 00:10 WIB

PBB: Dunia Sedang Hadapi Bencana Generasi dalam Pendidikan

Pada pertengahan Juli terjadi penutupan sekolah di 160 negara.

Murid sekolah, ilustrasi.
Foto: reuters
Murid sekolah, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa (4/8) memperingatkan bahwa dunia menghadapi 'bencana generasi' akibat penutupan sekolah di tengah pandemi virus corona. Ia juga mengatakan kembali membawa siswa bersekolah secara aman harus menjadi prioritas utama.

Guterres menyebutkan bahwa pada pertengahan Juli terjadi penutupan sekolah di 160 negara sehingga berdampak pada lebih dari 1 miliar siswa. Selain itu, sedikitnya 40 juta anak ketinggalan sekolah pendidikan dini.

Baca Juga

Ini terjadi di atas lebih dari 250 juta anak yang telah keluar sekolah sebelum pandemi dan hanya seperempat dari siswa sekolah menengah di negara berkembang lulus dengan keterampilan dasar, katanya melalui pernyataan.

"Kini kita menghadapi bencana generasi yang dapat menyebabkan potensi manusia jadi sia-sia, mengacaukan kemajuan puluhan tahun dan mempertajam ketidaksetaraan yang mengakar," kata Guterres saat meluncurkan kampanye "Selamatkan Masa Depan Kami" yang diusung oleh PBB.

"Begitu transmisi Covid-19 lokal terkendali, mengizinkan siswa kembali ke sekolah dan lembaga pendidikan seaman mungkin harus menjadi prioritas utama," katanya.

"Konsultasi dengan orang tua, wali, guru serta kaum muda menjadi hal mendasar."

Rekomendasi PBB agar pendidikan global kembali ke jalurnya muncul saat Presiden AS Donald Trump yang meminta agar sekolah kembali dibuka menghadapi penentangan dari sejumlah guru dan orang tua sementara Covid-19 melonjak di banyak wilayah negara tersebut.

Virus corona, yang pertama kali muncul di China tahun lalu, telah menginfeksi 4,6 juta orang di AS dan membunuh lebih dari 155 ribu warga Amerika sejak Februari, menurut hitungan Reuters. Kematian naik di atas 25 ribu pada Juli dan kasus meningkat dua kali lipat di 19 negara bagian .

Secara global virus corona telah menginfeksi 18,1 juta orang dengan lebih dari 689 ribu kematian, menurut data Reuters.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement