Sabtu 18 Jul 2020 16:24 WIB

Laporan Intelijen Sebut Rusia Berupaya Pengaruhi Pilpres AS

Joe Biden sebut menerima laporan intelijen soal ikut campur Rusia dalam pilpres AS

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Joe Biden didampingi istrinya, Jill Biden. Joe Biden sebut menerima laporan intelijen soal ikut campur Rusia dalam pilpres AS. Ilustrasi.
Foto: Tracie van Auken/EPA
Joe Biden didampingi istrinya, Jill Biden. Joe Biden sebut menerima laporan intelijen soal ikut campur Rusia dalam pilpres AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DETROIT - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, pada Jumat (17/7) mengatakan, ia telah menerima laporan dari badan intelijen. Laporan itu menyebut Rusia terus berupaya ikut campur dan memengaruhi pemilihan presiden di AS pada November 2020.

China juga melakukan kegiatan "yang bertujuan membuat kita kehilangan kepercayaan" pada hasil pilpres 2020. Demikian diungkapkan Biden di depan para pendukungnya saat kampanye virtual dan penggalangan dana.

Baca Juga

"Kami tahu dari sebelumnya dan saya menjamin kalian semua bahwa saya sekarang tahu, karena saya telah mendapatkan informasi (dari badan intelijen, red). Rusia masih berupaya mendelegitimasi proses pemilihan umum kita. Ini fakta," kata Biden.

Biden memperingatkan bahwa jika Rusia terus ikut campur akan ada "harga yang harus dibayar" jika nantinya ia menang dari petahana, Presiden Donald Trump, saat pilpres. Sejauh ini, belum jelas bagaimana Biden mendapatkan pengarahan intelijen, tetapi pengarahan seperti itu biasa diterima oleh kandidat presiden. Tim kampanye Biden belum memberi jawaban terkait pertanyaan itu.

Biden pada sesi jumpa pers 30 Juni mengatakan ia belum menerima laporan rahasia dari intelijen.

Ia, katanya, kemungkinan akan meminta informasi intelijen, setelah berbagai laporan terbit soal Trump diduga tidak berbuat apa-apa terhadap laporan intelijen, yang menyebut Rusia menawarkan imbalan bagi Taliban untuk membunuh tentara AS di Afghanistan.

Biden, mantan wakil presiden Barack Obama, mengkritik Trump setelah ada laporan yang menyebut ia tidak membaca hasil pengarahan intelijen.

Sejumlah badan intelijen AS menemukan informasi bahwa Rusia membantu Trump pada pilpres 2016. Temuan itu dibantah Rusia dan Trump menyebut informasi itu sebagai "kabar bohong".

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement