Kamis 16 Jul 2020 11:25 WIB

Merujuk Data Dunia, Jokowi: Covid Masih Bisa Kita Kendalikan

Menurut Jokowi, Indonesia tak masuk 10 negara terbesar jumlah kasus Covid-19.

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Wakil Presiden Maruf Amin (kanan) bersiap memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7). Hingga Rabu (15/7) jumlah positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai angka 80 ribu kasus. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/SIGID KURNIAWAN
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Wakil Presiden Maruf Amin (kanan) bersiap memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7). Hingga Rabu (15/7) jumlah positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai angka 80 ribu kasus. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Febrianto Adi Saputro

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pemerintah Indonesia hingga saat ini masih bisa mengendalikan laju perkembangan Covid-19. Berdasarkan dari jumlah kasus di berbagai negara yang diterimanya, Indonesia tak masuk dalam 10 negara dengan kasus tertinggi meskipun jumlah penduduk Indonesia masuk dalam lima besar terbanyak di dunia.

Baca Juga

Jokowi mengatakan, setiap harinya menerima laporan pertumbuhan angka positif di berbagai negara lainnya. Untuk kasus tertinggi, di Amerika Serikat (AS) saat ini sudah menyentuh angka 3,4 juta kasus positif dengan jumlah penduduk 319 juta. Sedangkan di Brasil sebanyak 1,8 juta kasus positif. Total kasus di Indonesia sendiri saat ini menyentuh angka 78 ribu kasus positif.

“Negara kita ini masuk lima besar penduduk terbanyak, tetapi kalau dilihat 10 negara dengan kasus tertinggi, kita tidak masuk di dalamnya. Tadi Amerika 3,4 (juta), Brasil 1,8 (juta), India 906 ribu, Rusia 739 ribu, Peru 326 ribu. Artinya, kita berada pada posisi yang masih bisa kita kendalikan,” jelas Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (15/7) kemarin.

Karena itu, Jokowi mengingatkan agar pemerintah daerah mulai menjalankan manajemen krisis dan bekerja extraordinary. Cara kerja yang dilakukan pun harus berubah menjadi lebih cepat dengan berbagai terobosan. Sebab, pandemi Covid-19 saat ini sangat berdampak baik pada sektor kesehatan maupun ekonomi.

“Mengendalikan dua hal yang ini, ekonomi dan kesehatan ini, betul-betul harus terjaga dengan baik. Enggak bisa lagi kita kerja dengan SOP normal, enggak bisa. Kita harus kerja dengan SOP yang shortcut, ada terobosannya,” ujar Jokowi.

Jokowi menyebut Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi terbaik dalam menangani pandemi corona. Selain DIY, daerah lain yang juga dinilai baik dalam menangani Covid-19 yakni Bangka Belitung, Aceh, Sumatera Barat, dan juga Gorontalo.

“Ini dari seluruh parameter yang kita miliki memang DIY yang paling baik, Pak Wagub, nggih. Bangka Belitung, juga masuk, ini yang, yang lima besar yang baik. Bangka Belitung, Pak Gub. Aceh juga masuk, yang ketiga. Sumbar juga masuk, Sumbar…, dan Gorontalo,” ujar Jokowi.

Penilaian tersebut dilakukan berdasarkan sejumlah parameter yang telah ditentukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Meskipun begitu, Jokowi juga menilai langkah pengendalian di provinsi lainnya juga telah dilakukan dengan baik.

“Saya tadi baru berbicara misalnya dengan Pak Gubernur Mandacan – Papua Barat, pengendaliannya yang sembuh banyak dan yang meninggal 4 (orang),” lanjut dia.

Pada Rabu (15/7), Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan, dari 24.871 spesimen yang diperiksa ditemukan sebanyak 1.522 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Tambahan itu menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia menembus angka 80 ribu kasus dengan total 80.094 orang.

“Total yang kita periksa akumulasinya adalah 1.122.339 spesimen. Dari pemeriksaan ini kita dapatkan kasus konfirmasi positif Covid-19 tambahan yang kita dapatkan adalah 1.522 orang. Sehingga totalnya saat ini menjadi 80.094 orang,” kata Yurianto saat konferensi pers, Rabu (15/7).

Sementara itu, jumlah kasus sembuh pada hari ini mencapai 1.414 orang sehingga total akumulasi kasus sembuh hingga hari ini sebanyak 39.050 orang. Kasus meninggal dilaporkan sebanyak 87 orang dan menjadikan total 3.797 orang meninggal karena Covid-19.

Yurianto menyebut Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyumbang terbanyak jumlah kasus positif Covid-19 pada hari ini. Sebanyak 261 kasus positif pun dilaporkan di Jateng dengan 120 orang sembuh.

“Jawa Tengah melaporkan kasus baru sebanyak 261 orang, namun juga melaporkan kasus sembuh sebanyak 120 orang,” ujar Yurianto saat konferensi pers, Rabu (15/7).

Posisi kedua ditempati oleh DKI Jakarta yang melaporkan sebanyak 260 kasus baru dan 193 orang sembuh. Kemudian diikuti oleh Jawa Timur dengan 165 kasus baru dan 521 kasus sembuh.

“Sulawesi Selatan 158 kasus baru dan 113 sembuh. Kalimantan Selatan 109 kasus baru dan 41 sembuh,” lanjutnya.

Penambahan jumlah kasus ini, menurutnya, menunjukkan masih terjadinya penularan di berbagai daerah. Karena itu, ia kembali mengingatkan masyarakat agar memperhatikan dan menjalankan dengan ketat protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono sebelumnya menyatakan, jumlah penularan Covid-19 di Indonesia masih akan terus mengalami peningkatan. Bahkan, ia mengungkapkan kondisi saat ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mencapai puncak gelombang pertama.

"Sekarang naik terus nih kita belum mencapai gelombang pertama. Sekarang lagunya masih naik-naik ke puncak gunung. Gunung ini yang menurut saya harus kita sadari. Sampai akhir tahun pun prediksi saya kalau kita tidak berubah cepat ya belum selesai," kata Pandu dalam diskusi daring, Sabtu (11/7).

Sebelumnya kepada Brisbane Times, Pandu bahkan berani memperkirakan Indonesia akan menjadi pusat Covid-19 ketiga di Asia. Menurutnya, lonjakan kasus akan terus terjadi kecuali pemerintah menerapkan langkah-langkah lebih ketat.

Dilaporkan laman Brisbane Times, Senin (6/7), Pandu memprediksi tingkat infeksi Covid-19 akan terus meningkat hingga September atau Oktober. Angkanya dapat mencapai 4.000 kasus per hari.

photo
Rasio tes Covid-19 di Indonesia - (Republika.co.id)

Pandu mengungkapkan sejauh ini skala pengujian Covid-19 di Indonesia masih kecil. Dia berpendapat Pemerintah Indonesia seharusnya menggandakan tes reaksi rantai polimerase (PCR). Hal itu harus dilakukan secara merata di seluruh daerah.

"Angka-angka itu sangat rendah, itu adalah kesalahan. Peraturan pemerintah, bagaimana mereka melakukan pengujian, didasarkan pada gejala. Itu adalah kesalahan mereka," kata dia.

Saat ini, Indonesia menguji sekitar 10 ribu orang dan memproses sekitar 20 ribu spesimen per hari. Tingkat tesnya adalah 3.377 orang per satu juta orang. Menurut situs web pemantauan virus korona, Worldometer, dari per satu juta orang, Singapura melakukan tes terhadap 129.509 orang, Malaysia 24.854 orang, Thailand 8.648 orang, Filipina 7.286 orang, dan Australia 107.888 orang.

photo
Bahaya Microdroplet - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement