Selasa 14 Jul 2020 06:17 WIB

Letupan Kebencian yang Menghancurkan Masjid Babri

Masjid Babri dihancurkan pada 1992.

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Hafil
Letupan Kebencian yang Menghancurkan Masjid Babri. Foto: Masjid Babri saat dihancurkan pada 1992.
Foto: .
Letupan Kebencian yang Menghancurkan Masjid Babri. Foto: Masjid Babri saat dihancurkan pada 1992.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kini, hanya puing-puing yang tersisa dari bangunan Masjid Babri di Kota Ayodhya, Negara Bagian Uttar Paradesh, India. Didirikan pada 1527, masjid yang dulunya megah itu hancur pada 1992 sebagai buntut dari konflik agama antara kelompok Islam dan Hindu.

Masjid Babri didirikan oleh Babur. Ia adalah pendiri sekaligus sultan pertama Kesultanan Mughal di India. Pendirian masjid yang dulunya terbesar di Uttar Paradesh itu diawasi oleh panglima perang Babur yang bernama Mir Baqi.

Baca Juga

Mengutip buku Jejak-jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa (2015) karya Ahmad Rofi Usmani, masjid itu didirikan dengan tiga kubah besar. Terdapat pula dua dinding tinggi berjajar yang mengikuti arsitektur Jaunpur yang "merefleksikan adaptasi India terhadap Islam".

Namun, pada 1788, keberadaan masjid megah ini pula lah yang menjadi sumber pertikaian antara kelompok Muslim dan kelompok Hindu. Kaum Hindu berkeyakinan bahwa Masjid itu didirikan di atas lahan yang dulunya adalah kuil suci Sri Rama, seorang raja Ayodhya yang diyakini sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu. Mereka juga menyebut bahwa Mir Baqi lah yang menghancurkan kuil itu.

Buntut dari klaim tersebut adalah terjadinya pertikaian antar dua kelompok Islam dan Hindu pada 1853 dan 1857. Atas tragedi itu, Pemerintah Kolonial Inggris membagi dua Masjid Babri untuk ibadah masing-masing kelompok.

Pada 1949, setelah Inggris hengkang dan India merdeka, konflik kembali muncul. Setahun berselang, Pemerintah Uttar Paradesh menutup Masjid Babri bagi kelompok mana pun.

Namun, pada 1986, pengadilan setempat mulai mengizinkan umat Hindu beribadah di sana. Umat Islam pun merespons dengan menghimpun dari dalam Komite Aksi Masjid Babri.

"Letupan-letupan pertikaian yang mulanya kecil lantas berubah menjadi api kebencian yang kian berkobar," tulis Ahmad (hlm.57). Puncaknya terjadi pada 1992 dengan jatuhnya 2.000 korban jiwa dan dirobohkannya Masjid Babri oleh kelompok Hindu.

Menurut pemberitaan Republika , 27 Februari 2020, perobohan masjid itu didalangi oleh para aktivis dan pemimpin Hindu ekstremis yang bersekutu dengan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang ketika itu sedang berkuasa di Uttar Paradesh. Kini BJP tengah menguasai India dengan Perdana Menteri-nya Nerendra Modi.

Polisi menemukan 68 orang yang bertanggung jawab atas perobahan masjid tersebut. Termasuk di antaranya beberapa pemimpin terkemuka BJP.

Persidangan yang digelar selama tiga dekade terakhir telah menyeret nama-nama besar seperti mantan Wakil Perdana Menteri Lal Kishan Advani, mantan Ketua Uttar Pradesh Kalyan Singh, beberapa mantan menteri, dan beberapa anggota parlemen. Namun demikian, setelah 28 tahun berlalu, belum ada tersangka yang divonis bersalah dan dijatuhi hukuman.

Saat kasus penghancuran Masjid bersejarah itu masih mengambang, Mahkamah Agung India pada 9 November 2019 malah memutuskan bahwa kepemilikan tanah Masjid Babri diserahkan kepada umat Hindu untuk pembangunan kuil Ram Hindu. Mahkamah Agung juga memerintahkan agar kaum Muslim diberikan lahan pengganti seluas dua hektar untuk membangun masjid baru di Ayodhya.

Sebagai minoritas di India, umat Islam tak bisa berbuat banyak atas keputusan yang menuai kontroversi di India itu. "Saya pasrah dengan keputusan ini dan memulangkan semua urusan kepada Allah," kata Mohammad Azam Qodri, seorang imam Masjid di Ayodhya, pada November tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement