Senin 13 Jul 2020 15:42 WIB

Jangan Mau Jadi Laki-Laki, Berat!

Mungkin benar, laki-laki memang cenderung bodoh dalam berperasaan.

Perempuan menangsis. Foto: Ilustrasi.
Foto:

Miris. Setelah semua yang mereka lakukan, rekan sehidup-sematinya bahkan lebih memilih orang asing yang berperan sebagai atasan dibanding dirinya. Sebagaimana perempuan dengan ‘bawaan pabrik’ berupa siklus bulanan yang cukup merepotkan, laki-laki juga mendapat bagiannya sendiri.

Psikiater dari RS Jiwa Dharmawangsa dr Agnes Tineke, SpJK mengatakan, secara biologis laki-laki lebih mudah terangsang daripada perempuan. Terdapat struktur area otak tertentu pada laki-laki di hipotalamus berupa Nukleus suprakiasmatikus yang mampu menghasilkan testosteron lebih tinggi, sehingga mengakibatkan dorongan seksual yang lebih tinggi pula.

Sebagaimana ‘bawaan pabrik’ pada perempuan yang menyebabkan setiap perempuan mengalami siklus menstruasi, maka ‘bawaan pabrik’ ini juga dimiliki oleh setiap laki-laki, sebaik apa pun adab dan kemampuan mereka dalam mengontrol diri. Tidak peduli apakah mereka menginginkannya atau tidak.

Saya tidak tahu seberapa besar upaya mereka selama ini dalam mengontrol diri di

antara lawan jenisnya yang selalu terlihat menarik bahkan dalam busana tertutup rapat sekali pun. Saya juga tidak tahu rumitnya kecamuk batin mereka melawan diri sendiri dari segala pikiran negatif.

Seumur-umur, saya lahir dan tumbuh sebagai perempuan. Saya tidak pernah merasakan apa yang mereka rasakan. Saya juga bukan seorang yang ahli di bidang ini.

Namun, menilik penggalan pernyataan ilmiah di atas, agaknya dugaan saya tidak sepenuhnya salah. Tidak cukup dengan hal-hal bersifat materiel, bahkan untuk urusan yang secara alamiah terjadi di luar kehendak pun mereka tetap diminta untuk mengalah.

Dengan ini, atas nama pribadi saya menyampaikan keprihatinan atas bertambahnya satu lagi beban yang harus mereka tanggung seiring dengan kian maraknya kampanye “My Body is Mine” di antara kaum ‘open minded’ namun antikritik di luar sana. Tidak lama lagi, akan semakin banyak lawan jenisnya berseliweran dengan pakaian minim yang mengundang.

Semakin banyak pula lawan jenisnya yang keluyuran di tempat-tempat umum seorang diri tanpa penjagaan laki-laki lain sebagai, setidaknya, pagar kawat bagi mereka sebelum merealisasikan pikiran-pikiran negatif yang entah sejak kapan bercokol di kepala. Betapa kelak akan kita temukan sejarah yang mencatat lucunya tingkah sekumpulan manusia, parau suara mengoreksi Tuhan atas ‘bawaan pabrik’ yang tidak sesuai dengan keinginan.

Bukankah semesta ini tidak tercipta berlandaskan asas demokrasi? Mengapa selain dipusingkan dengan tingkah laku makhluk-Nya yang bahkan tidak lebih besar dari noktah ini, Tuhan masih harus menerima aspirasi dungu manusia dalam penciptaan semesta? Sudah baik Tuhan tidak tersinggung ketika ciptaan-Nya diklaim sepihak, betapa setiap tubuh manusia sejatinya adalah milik-Nya yang disewakan untuk sementara waktu.

Pada akhirnya, bukankah sejak awal tulisan ini dibuat, telah berderet saya uraikan

sebagian kecil dari kehebatan mereka? Sebagaimana semesta yang selama ini menitipkan kekuatan untuk menanggungkan beban di antara dua bahu kokoh mereka, setidaknya satu kali ini saja mari kita sama-sama berharap agar mereka kembali diberi kekuatan untuk melewati cobaan yang jauh di luar kuasa mereka, bahkan nalar manusia sehat mana pun.

Tolong bawa pesan saya ini pada setiap perempuan di perkumpulanmu: jangan mau jadi laki-laki, berat, kita tidak akan sanggup. Biar mereka saja.

PENGIRIM: Hana’ Sausan Jupriyanto, mahasiswi. Tulisan-tulisan lainnya dapat diakses melalui www.seikathati.com.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement