Selasa 07 Jul 2020 15:59 WIB

Parlemen Timur tak akan Biarkan Turki Kuasai Libya

Turki dinilai telah melakukan intervensi di Libya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Libya merayakan kemenangan setelah merebut kota Tarhuna dari milisi pemberontak Khalifa Haftar di barat Libya pada 5 Juni 2020. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )
Foto: Anadolu Agency
Tentara Libya merayakan kemenangan setelah merebut kota Tarhuna dari milisi pemberontak Khalifa Haftar di barat Libya pada 5 Juni 2020. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Penasihat untuk Kepala Parlemen yang berbasis di timur Libya, Aguila Saleh Issa, Fathi Al-Marimi mengatakan, rakyat Libya tidak akan membiarkan Turki memenuhi ambisinya di negara tersebut. Menurutnya, intervensi Turki terjadi bukan untuk kepentingan rakyat Libya, melainkan untuk memiliki tiga tujuan bagi kepentingan Turki sendiri.

"Tujuannya, termasuk mencuri uang dan kekayaan rakyat Libya di tengah kemunduran, dan kemunduran ekonomi Turki dan keruntuhan mata uang, (dan) mengambil bagian perairan Mediterania yang menjadi bagiannya. (Turki)] tidak pantas," kata Al marimi kepada Al Arabiya, seperti dikutip Ahram Online, Selasa (7/7).

Baca Juga

Dia memandang kunjungan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar ke Tripoli dan pertemuan dengan pasukannya di Libya sebagai campur tangan terang-terangan dalam urusan internal Libya. Pada Jumat lalu, Akar dan Kepala Staf Umum Yasar Guler mengunjungi Libya untuk membahas kegiatan yang dilakukan dalam lingkup nota kesepahaman tentang kerja sama militer dan keamanan yang ditandatangani tahun lalu.

Setelah kunjungan Akar ke Libya, Turki setuju dengan pemerintahan Fayez Al-Sarraj untuk mendirikan pusat pelatihan baru bagi milisi di Libya barat, yang dipegang Goverment of National Accord.

Seperti diketahui, Government of National Accord (GNA) yang berbasis di Tripoli, didukung oleh pasukan Turki dan ribuan tentara bayaran Suriah dalam perangnya melawan Libyan National Army (LNA) yang berpusat di timur dan pemimpinnya Khalifa Haftar.

Al-Marimi meminta komunitas internasional untuk menghentikan intervensi Turki yang melanggar norma dan hukum internasional. Dia menekankan bahwa parlemen Libya (LNA) mendukung posisi Mesir di Libya, ketika LNA menentang upaya Turki untuk menduduki Libya dan upaya mereka mengancam garis merah Sirte-Jufra.

Bulan lalu Presiden Mesir Abdul-Fattah al-Sisi mengatakan, Mesir memiliki hak yang sah untuk campur tangan di Libya. Mesir pun memerintahkan tentara untuk bersiap melakukan misi di luar negara jika perlu.

Menurut Al Marimi, intervensi apa pun oleh Mesir terutama akan ditujukan untuk melindungi perbatasan barat Mesir, mencapai gencatan senjata, dan memulihkan stabilitas dan perdamaian di Libya.

Di sisi lain, Al-Marimi mengungkapkan bahwa Rusia berjanji untuk turun tangan melalui keanggotaan tetapnya di Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan krisis Libya. Rusia juga menyatakan keinginannya untuk membuka kedutaan besar di Libya, meskipun akan berbasis di Tunisia, dan sebuah konsulat di Benghazi.

Hal ini terjadi ketika Aguila Saleh berkunjung ke Moskow pekan lalu. Menurut Al-Marimi, Saleh juga akan mengunjungi Swiss dan Italia untuk menjelaskan situasi yang tengah berlangsung di Libya.

Sementara itu, salah satu sumber mengatakan kepada Al-Arabiya bahwa para pejabat intelijen Turki terluka setelah serangan udara LNA di pangkalan udara Al-Watiya pada Ahad yang baru-baru ini ditangkap oleh GNA dan pendukung Turki-nya. Mereka yang terluka dipindahkan ke rumah sakit di Tripoli dan Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement