Selasa 30 Jun 2020 10:27 WIB

Jokowi Khawatir Pertumbuhan Ekonomi pada Kuartal II Minus

Jokowi minta kepala daerah punya sensitivitas dalam membuat kebijakan terkait Covid

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/6/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Pool/wsj.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/6/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Pool/wsj.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku khawatir angka pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 ini akan terjun ke zona minus. Pada kuartal I tahun ini, ekonomi nasional memang masih mampu tumbuh positif di angka 2,97 persen. Dampak Covid-19 belum terlalu parah di kuartal pertama.

Namun berjalan ke kuartal kedua 2020, pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot jauh. Anjloknya kinerja pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang sempat menghentikan banyak sektor usaha dan menekan daya beli masyarakat.

Baca Juga

"Tapi di kuartal kedua kita sangat khawatir kita sudah berada di posisi minus pertumbuhan ekonomi. Inilah yang harus hati-hati mengelola dan memanajemen krisis ini agar urusan kesehatan dan ekonomi bisa berjalan beriringan. Saya harap bapak ibu dan saudara sekalian gas dan remnya betul-betul diatur," jelas Jokowi saat memberikan arahan kepada seluruh bupati dan walikota se-Jawa Tengah di Kantor Gubernur Jateng, Selasa (30/6).

Presiden pun meminta kepala daerah punya sensitivitas dalam mengeluarkan kebijakan terkait penanganan Covid-19, terutama untuk memulai normal baru. Ekonomi tentu diharapkan kembali pulih, namun tanpa meninggalkan aspek kesehatan dalam penanganan Covid-19. Jokowi mewanti-wanti, harus ada keseimbangan antara pertimbangan kesehatan dan ekonomi.

"Jangan sampai melonggarkan tanpa kendali rem, ekonomi bagus tapi covid naik. Bukan itu yang kita inginkan. Covid terkendali tapi ekonomi juga tidak mengganggu kesejahteraan masyarakat. Tapi ini bukan barang yang mudah," jelas Jokowi.

Presiden pun menambahkan bahwa kontraksi ekonomi tak hanya dialami Indonesia, namun juga negara-negara lain di dunia. Bahkan banyak negara dengan volume perekonomian terbilang besar pun, diprediksi akan mengalami resesi dengan pertumbuhan ekonomi minus.

"Yang saya terima, misalnya dunia diperkirakan di tahun 2020 akan terkontraksi -6 sampai -7,6 persen. Artinya apa, global dunia sudah masuk ke yang namanya resesi," ujar Jokowi.

Beberapa negara yang ekonominya diprediksi tumbuh minus, antara lain Singapura dengan angka proyeksi pertumbuhan -6,8 persen, Malaysia dengan -8 persen, AS -9,7 persen, Inggris -15,4 persen, Jerman -11,2 persen, Prancis -17,2 persen, dan Jepang diprediksi hanya mampu tumbuh -8,3 persen.

"Kalau kita bisa atur dan kelola gas dan rem antara covid, antara kesehatan dan ekonomi, inilah yang kita harapkan. Dan ini menjadi tanggung jawab kita semuanya," kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement