Jumat 26 Jun 2020 12:57 WIB

Dosen UMM Kembangkan Alat Ukur Kemampuan Bahasa Inggris

TAEP merupakan alat ukur kemampuan berbahasa Inggris berbasis kearifan lokal

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Masduki mengembangkan alat uji kemampuan Bahasa Inggris berbasis nilai lokal,  Test of Academic English Proficienc/ (TAEP).
Foto: Dok. Pribadi
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Masduki mengembangkan alat uji kemampuan Bahasa Inggris berbasis nilai lokal, Test of Academic English Proficienc/ (TAEP).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Masduki beserta tim berhasil mengembangkan alat ukur kemampuan bahasa Inggris berbasis kearifan lokal. Alat uji bernama Test of Academic English Proficiency (TAEP) ini dinobatkan sebagai juara pertama lomba karya master piece dosen pada Milad 55 UMM, beberapa waktu lalu.

Masduki mengatakan, saat ini penutur bahasa Inggris bukan lagi didominasi oleh penutur asli (native speaker), tapi juga kalangan asing (non-native speaker). Pada praktiknya, pembelajar acap menggunakan bahasa Inggris dengan sesama kalangan bukan penutur asli. "Jarang sekali dengan native speaker," kata Masduki.

Baca Juga

Masduki mencontohkan pembelajaran bahasa Inggris di kawasan Indonesia dan Asia lebih sering diajarkan oleh kalangan bukan penutur asli. Bahkan setelah mempelajarinya, mereka tidak selalu menggunakannya dengan penutur asli. Masyarakat lebih sering memakai bahasa Inggris dengan sesamanya di lingkungan sekitar.

Berdasarkan fenomena tersebut, Masduki dan tim menilai perlunya mengembangkan alat ukur kemahiran bahasa Inggris yang sesuai dengan konteks lokal. "Pada isi teks dan sampel suara di bagian listening itu (konteks kearifan lokal) tampak," ujar Masduki saat dikonfirmasi Republika, Jumat (26/6)

Sejauh ini, Masduki belum menemukan alat ukur bahasa Inggris berkonsep serupa dengan temuannya. Hal ini terutama alat pengujian yang memuat aspek keindonesiaan maupun Asia. Sekalipun ada, pengembangan yang dilakukan kampus lain lebih ke bentuk yang berbeda.

Menurut Masduki, keunggulan TAEP terletak pada bagian mendengarkan dan membaca. Di tahap mendengarkan, sampel suara tidak hanya diambil dari penutur asli tapi kalangan lainnya juga. "Sebagaimana bahasa Inggris yang digunakan di Indonesia, Malaysia, Jepang, India, Arab, China dan negara lain. Sehingga, percakapan dalam audio terlihat lebih nyata sesuai konteks yang ada," jelasnya.

Sementara di bagian membaca, konten teks menggunakan diskursus budaya lokal Indonesia dan Asia dengan porsi yang lebih banyak. Dengan konsep demikian, budaya Indonesia dan Asia mewarnai konten di bagian membaca TAEP.

Selanjutnya, TAEP juga memiliki keunggulan pada kecepatan penyelesaian hasil tes (test report). Dalam waktu kurang dari lima menit, e-certificate bisa didapatkan dalam waktu yang super cepat dan akurat. "Validitas nilai tes juga bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun di dunia ini," katanya.

TAEP tidak hanya digunakan oleh kalangan internal tapi masyarakat umum lainnya sejak 2016. Beberapa di antaranya seperti dalam kegiatan perekrutan karyawan Bank Indonesia, OJK Indonesia dan PT Pertamina Trans Kontinental. Selanjutnya, di Yayasan Muslim Al-Azhar BSD, Universitas Kuningan, Politeknik Kediri, dan banyak institusi lain di Indonesia.

Masduki menyatakan, TAEP akan terus dikembangkan untuk menjadi alternatif alat ukur kemampuan bahasa Inggris di dunia. Hal yang pasti, TAEP ditunjukkan agar bangsa Indonesia terbebas dari dominasi penyedia tes milik asing. Masyarakat tidak perlu lagi membayar mahal demi mengetahui kemampuan bahasa Inggrisnya.

"Hasilnya pun sangat berkorelasi positif dengan hasil tes lain yang sudah standar. Dengan tes ini, semboyan kita semakin nyata yaitu Muhammadiyah untuk Bangsa,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement