Rabu 24 Jun 2020 17:38 WIB

Merawat Empati Menjaga Solidaritas

Semoga terlalu lama di rumah tidak mengikis rasa positif dan optimistis.

Optimistis (ilustrasi).
Foto:

Pertanyaan berikutnya apa kebiasaan kunci yang perlu kita rancang sehingga kita siap dengan kondisi pascapandemi yang cepat atau lambat akan bertemu kita?

1. Berpikir positif dan memiliki rasa optimistis

Laporan penelitian dari University of Pittsburgh School of Medicine menemukan wanita menopause yang memiliki sifat optimistis mengalami penurunan jangka kematian dan memiliki hanya sedikit risiko terkena diabetes atau hipertensi (tekanan darah tinggi), yang sering kali dialami oleh teman-teman pesimis mereka. Para peneliti menganalisis data dari 100.000 orang wanita dalam studi yang sedang berlangsung, dan hasilnya adalah wanita yang optimistis memiliki risiko sebanyak 30 persen lebih rendah untuk meninggal karena penyakit jantung, dibandingkan dengan yang pesimistis.

Artinya rasa optimistis akan membantu kita untuk lebih survive dalam bertahan menghadapi masa pandemi ini. Persoalan psikologis yang barangkali dirasakan oleh sebagian kita karena terlalu lama di rumah juga mudah-mudahan bisa perlahan dikikis dengan rasa optimistis dan tetap positif ini.

2. Merawat Empati

Slavoj Zizek, filsuf dari Slovenia ini melihat bahwa solidaritas di era pandemi berpeluang menciptakan suatu kemanusiaan jenis baru, yang akan membuat kita terhindar dari jebakan penghancuran diri dan sikap barbarisme. Pandemi ini juga mengajarkan kita bahwa aksi bantu membantu kepada pejuang lini terdepan seperti tenaga medis dan lainnya ini juga lebih mudah dilakukan serta lebih bervariasi.

Upaya-upaya inilah yang harapannya makin bisa dirasakan di masa depan, walaupun nanti kita telah melewati masa pandemi. Dengan segala duka yang kita rasakan, pelajaran berbagi dimasa pandemi ini tetap bisa dirasakan sebagai hikmah. Akhirnya kita berharap adanya warisan kebaikan terhadap sesama yang lebih panjang, upaya solidaritas yang tak lekang dimakan waktu.

PENGIRIM/ PENULIS: Dedy Setyo Afrianto, M.Pd

Pengajar, pendidik dan praktisi dalam dunia pendidikan, saat ini diberikan amanah menjadi Kepala Sekolah SMAIT Nurul Fikri Boarding School Bogor. Berpengalaman menjadi Konsultan e-learning di salah satu Pusdiklat Kementrian ESDM, Instruktur Nasional TIK Kemendikbud RI, Ketua MGMP TIK SMA Kabupaten Serang-Banten, narasumber pelatihan-pelatihan IT dan desain pembelajaran tingkat propinsi maupun nasional serta menjadi developer IT system di beberapa sekolah serta mendedikasikan diri pada dunia pendidikan dan tulis menulis.

Tulisan-tulisannya pernah dimuat di koran harian nasional dan buku-buku hasil karyanya tersebar ke seluruh Indonesia. Menjuarai lomba menulis tingkat nasional dan propinsi dalam bidang opini dan tutorial.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement