Selasa 23 Jun 2020 16:15 WIB

Sejarah Munculnya Hadits Palsu (1)

Kasus hadits palsu muncul pada 41 H.

Sejarah Munculnya Hadits Palsu. Foto: Penulisan hadis (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com/a
Sejarah Munculnya Hadits Palsu. Foto: Penulisan hadis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Secara bahasa, hadits berarti baru, tak lama, ucapan, pembicaraan, atau cerita. Menurut para pakar hadits, hadits berarti segala ucapan, perbuatan, dan keadaan Nabi Muhammad SAW atau segala berita yang bersumber dari Nabi SAW berupa ucapan, perbuatan, takrir (peneguhan kebenaran dengan alasan), serta deskripsi sifat-sifat Nabi SAW.

Segala perkataan, perbuatan, dan takrir Nabi SAW yang bersangkut paut dengan hukum, demikianlah para ahli usul fikih mendefinisikan hadits. Lalu, apakah semua hadits yang ada di tengah-tengah umat Islam saat ini benar-benar berasal dari Rasulullah SAW?  Ternyata, sebagian hadits yang biasa digunakan sebagai dasar pijakan dan dalil termasuk hadits lemah dan palsu.

Baca Juga

Telitilah kembali setiap hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Jangan asal riwayat Bukhari, lalu dikatakan sahih, ujar guru besar IAIN Walisongo Semarang, Prof H Muhibbin. Berdasarkan penelitiannya, dalam kitab Jami’ al-Shahih—salah satu kitab hadits terbaik—pun terdapat hadits-hadits lemah dan palsu.

Dari segi sanad (jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadits atau rentetan para rawi yang menyampaikan matan hadits), hadits dikategorikan menjadi tiga macam, yakni hadits sahih, hasan, dan dhaif.  Yang dimaksud dengan hadits lemah adalah hadits dhaif.  Selain itu, ada pula hadits palsu, yakni dikenal dengan hadits maudu’.

Menurut Ensiklopedi Islam, hadits maudu’ adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi SAW, tetapi sesungguhnya itu bukanlah perkataan, perbuatan, atau takrir Nabi SAW.  Lalu sejak kapan muncul hadits palsu di tengah-tengah umat Islam? Mengenai awal mula munculnya hadits palsu, terdapat beberapa pendapat di kalangan para ahli hadits.

Ada yang berpendapat bahwa hadits palsu yang beredar di tengah-tengah umat Islam sudah muncul sejak masa Rasulullah SAW. Salah seorang ahli hadits yang berpendapat seperti itu adalah Ahmad Amin dalam Fajrul Islam. Namun, mayoritas ahli hadits berpendapat bahwa hadits palsu mulai bermunculan di era kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Pakar hadits seperti Dr Mustafa Siba’i, Dr Umar Fallatah, dan Dr Abdul Shomad meyakini bahwa pemalsuan hadits bermula dari terjadinya fitnah pembunuhan KalifahUsman, fitnah terhadap Ali dan Muawiyah, dan munculnya kelompok-kelompok (sekte) setelah itu. Peritiwa itu berkisar pada 35 H hingga 60 H.

Ahli hadits terkemuka, Muhammad Nashruddin al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah, mengungkapkan, hadits-hadits lemah dan palsu bermunculan sejak abad pertama Hijriah. Salah satu di antara sederetan musibah atau fitnah besar yang pernah menimpa umat Islam sejak abad pertama Hijriah adalah tersebarnya hadits-hadits dhaif dan maudu’ di kalangan umat, ujar Albani dalam mukadimah kitabnya.

Menurut Albani, musibah dan fitnah besar berupa hadits lemah dan palsu telah menimpa para ulama, kecuali sederetan pakar hadits dan kritikus yang dikehendaki Allah seperti Imam Ahmad, Bukhari, Ibnu Muin, Abi Hatim ar-Razi, dan lain-lain. Ia berpendapat, tersebarnya hadits-hadits lemah dan palsu di seluruh dunia Islam telah meninggalkan dampak negatif yang luar biasa.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement