Senin 22 Jun 2020 18:14 WIB

Alasan Iqbaal Ramadhan Studi di Luar Negeri

Sejak SMA, Iqbaal memilih menempuh studi di luar negeri.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sejak SMA, Iqbaal memilih menempuh studi di luar negeri (Foto: Iqbaal Ramadhan)
Foto: Abdan Syakura
Sejak SMA, Iqbaal memilih menempuh studi di luar negeri (Foto: Iqbaal Ramadhan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iqbaal Ramadhan punya alasan khusus menjalani studi di luar negeri. Dia menyelesaikan pendidikan setingkat SMA di Armand Hammer United World Colleges (UWC) di New Mexico, Amerika Serikat, lantas melanjutkan studi S1 di Monash University, Melbourne, Australia.

Pemuda 20 tahun kelahiran Surabaya itu mengungkapkan alasannya pada acara bincang santai Cabin Fever besutan Miles Films, Senin (22/6). Iqbaal merasa jika dia terus tinggal di Indonesia dengan kondisi 'sempurna' beberapa tahun silam, dia tidak akan bisa berkembang.

Baca Juga

"Waktu itu aku punya semua yang aku inginkan, bisa melakukan apapun yang aku mau. CJR super big, di sekolah aku selalu nomor satu, hidupku sangat bagus. Dua tahun awal tinggal sendirian (di AS), pengalaman yang mengubah aku sampai hari ini," kata Iqbaal.

Personel grup musik Svmmerdose mengenang ketika dia awal tiba di UWC. Dia bertemu 200 siswa dari 90 negara dengan rentang usia sama, dan harus berinteraksi selayaknya siswa sekolah. Teman-teman lintas kebangsaan itu juga memiliki potensi luar biasa.

Dia bersyukur karena teman-teman di sekolahnya tahu sosoknya sebagai figur publik di Indonesia, tapi melihat dia apa adanya. Iqbaal menyadari pentingnya berinteraksi dengan teman seumuran, serta mendapat pelajaran berharga mengenai pentingnya refleksi diri.

Pemeran tokoh Dilan itu belajar untuk mengambil jeda sejenak, merenungkan apa yang dia sukai, yang tidak dia sukai, dan aspek apa yang ingin dia kembangkan dalam hidupnya. Tinggal dan studi di luar negeri membantunya 'melihat ke dalam' dan memandang dunia dengan lebih holistik.

Iqbaal juga mengemukakan alasannya mengambil jurusan komunikasi media. Dia sengaja tidak memilih bidang perkuliahan yang berurusan dengan terlalu banyak angka, sebab dia lebih tertarik dengan ilmu yang tidak eksak, yang fleksibel, dan selalu memiliki variabel yang berubah-ubah.

"Dua-duanya punya kekuatan besar untuk menyebarkan pesan, mengubah dunia. Dari waktu ke waktu, media jadi cara kita melihat dunia, mengerti apa yang terjadi di luar sana. Kita nggak akan tahu kalau media nggak menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement