Senin 22 Jun 2020 16:16 WIB

AS Menolak Eskalasi Militer di Libya

AS menyerukan gencatan senjata dan negoisasi pihak-pihak terkait konflik di Libya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Libya merayakan kemenangan setelah merebut kota Tarhuna dari milisi pemberontak Khalifa Haftar di barat Libya pada 5 Juni 2020. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )
Foto: Anadolu Agency
Tentara Libya merayakan kemenangan setelah merebut kota Tarhuna dari milisi pemberontak Khalifa Haftar di barat Libya pada 5 Juni 2020. ( Hazem Turkia - Anadolu Agency )

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa AS dengan tegas menentang eskalasi militer di Libya, Senin (22/6). AS juga menyerukan gencatan senjata dan negosiasi bagi pihak-pihak terkait konflik di Libya.

"AS sangat menentang eskalasi militer di Libya, di semua sisi. Kami mendesak para pihak untuk berkomitmen pada gencatan senjata dan segera melanjutkan negosiasi. Kita harus membangun kemajuan yang dicapai melalui pembicaraan 5 + 5 PBB, Inisiatif Kairo, dan proses Berlin," kata Dewan Keamanan Nasional AS dalam pernyataan dikutip laman Al Arabiya, Senin.

Baca Juga

Bentrokan antara dua pihak yang bertikai di Libya, Libyan National Army (LNA), yang dikomandoi oleh Khalifa Haftar dan Goverment of National Accord (GNA), yang dipimpin oleh Fayez al-Serraj, semakin intensif belakangan. Ketegangan antara negara-negara yang mendukung berbagai sisi konflik sipil juga meningkat.

Pada Sabtu, Mesir memperingatkan bahwa mereka mungkin melakukan intervensi militer di Libya untuk melindungi keamanan nasionalnya. Ada beberapa inisiatif selama bertahun-tahun untuk memulihkan ketertiban di negara yang hancur pada 2011 setelah menggulingkan diktator Muammar Qadafi

Sejak itu, kerusuhan dan konflik telah menggusur ratusan ribu warga Libya dan membunuh ribuan lainnya. Inisiatif perdamaian terbaru adalah "Inisiatif Kairo," yang diajukan oleh Mesir pada 6 Juni.

Inisiatif ini termasuk gencatan senjata, pembicaraan di Jenewa, pemilihan dewan kepemimpinan, pembubaran milisi dan keluarnya semua pejuang asing dari Libya. Namun, Turki, yang mendukung GNA dan telah meningkatkan operasi militernya di Libya, menolak inisiatif Mesir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement