Sabtu 13 Jun 2020 23:34 WIB

New Normal, New Rumit

Indonesia memasuki fase new normal di tengah pro kontra ketidaksiapan

Trimanah, Dosen Unisula Semarang
Foto:

Beratnya beban pemerintah dalam memberikan BLT juga terlihat dari rencana pemotongan besaran bantuan yang akan dimulai dari bulan Juli, dari semula 600 ribu menjadi 300 ribu. 

Sekarang baru terasa, betapa kesalahan persepsi mengenai covid-19 di awal, berakibat pada kondisi dilematis seperti ini. Posisinya menjadi maju kena, mundur kena. 

Melanjutkan kebijakan kekarantinaan wilayah dan pemberlakuan aturan socal distancing akan semakin menguras kantong keuangan Negara sampai bolong. 

Padahal cadangan devisa semakin menipis dan pemerintah juga punya ambisi-ambisi besar dalam pembangunan yang perlu segera direalisasi dan dibiayai. 

Tetapi Jika melonggarkan aturan dan mulai memberlakukan new normal, maka laju penyebaran covid-19 akan semakin sulit dikendalikan lagi. Padahal saat ini Indonesia belum memasuki serangan covid-19 gelombang kedua yang diperkirakan akan lebih besar dari serangan gelombang pertama ini. New normal tidak menjadikan masalah menjadi normal, tetapi justru melahirkan new rumit (kerumitan baru).      

 Makan buah simalakama memang tidak enak. Dimakan salah, tidak dimakan juga salah. Buah ini berasal dari pohon yang ditanam sendiri sejak bibit, yaitu sejak awal pandemik covid-19 dianggap remeh di negeri ini. 

Racun dari buah ini harus dirasakan bersama oleh seluruh warga Indonesia. Ini adalah resiko bernegara, sebab kebijakan apapun yang diambil oleh pemerintah, baik ataupun buruk, maka kita semua yang akan menanggung akibatnya. 

Kita memang berharap pemerintah akan mengambil kebijakan-kebijakan yang memiliki dampak baik untuk segenap warga Negara. 

New normal dan new rumit harus membuat kita bersiap untuk mencari selamat dengan cara kita sendiri. Kita sudah pada posisi pasrah dan menyadari bahwa kemampuan pemerintah ya memang hanya sampai sebatas ini. 

Oleh sebab itu kita harus punya upaya sendiri untuk selamat dari serangan covid-19 dan juga selamat secara ekonomi. Seberapa besar upaya dan kemampuan kita untuk survive akan menentukan besarnya peluang kita selamat dari bencana ini. Semoga Allah membantu dan melindungi. 

*Trimanah, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UNISSULA Semarang dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Komunikasi SPS Usahid Jakarta.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement