Sabtu 13 Jun 2020 22:21 WIB

Baim Wong, Content Creator, dan Kesalehan Sosial

Baim Wong menjadi salah satu content creator yang menginspirasi dan positif

Muhammad E Fuady, dosen Fikom Unisba
Foto:

Kekuatan konten Baik Wong terdapat pada alur tanpa settingan, bukan drama, candid, tanpa direncanakan, apa adanya, efek visual close up, dan kepolosan target. Ini membuat tayangan humanis menjadi lebih dramatis dan menguras air mata.

Dalam banyak tayangannya, Baim Wong berperan sebagai orang gila, pengemis, satpam, dan karakter lainnya. Ia melakukan penyamaran tanpa diketahui siapapun. Bila ada orang yang memberikan makanan, maka ia memberikan balasan berupa uang atau apapun bantuan yang dibutuhkan orang tersebut. 

Beberapa orang bahkan dibelikan tanah dan diperbaiki tempat tinggalnya, ada pula yang dioperasi matanya. Bermacam masalah sosial tak tanggung-tanggung ia bantu. 

Secuil kebaikan diberikan balasan kebaikan yang lebih besar. Bentuk kesalehan sosial yang dilakukan oleh Baim Wong ini menggugah figur publik seperti Ary Ginanjar mengikuti jejak yang sama.

Di Bandung, pernah terjadi orang gila masuk ke dalam rumah seseorang. Pemilik rumah adalah penikmat video Baim Wong di Youtube. Ia mengira bahwa orang gila itu adalah prank dari Baim Wong, sosok idolanya di dunia maya Ternyata itu orang gila asli. Kejadian ini tentu membuat orang terbahak.

Bantuan dari Youtuber kepada masyarakat kecil sebagai konten memang debatable. Ada yang beropini itu adalah kebutuhan konten semata, ada pula yang meyakini sebagai bentuk "kesalehan sosial”. 

Content creator memang sudah menjadi ladang bisnis yang menghasilkan pundi-pundi, namun perbuatan baik yang ditampilkan dapat menggugah dan menginspirasi banyak orang, netizen, dan content creator lain untuk melakukan perbuatan baik serupa. 

Berkaitan dengan “kesalehan sosial” di atas, sebagai sebuah konsep, hal itu bisa dimaknai sebagai sikap dan perilaku seseorang yang memiliki kebaikan (saleh) dan manfaat bagi masyarakat (sosial). Kesalehan sosial memiliki perbedaan dengan perilaku sosial.

Kesalehan sosial berlandaskan pada nilai-nilai agama, motivasi keagamaan, atau ibadah, sementara perilaku sosial belum tentu dilandaskan pada aspek agama atau ibadah, bisa saja berlandaskan motivasi atau nilai-nilai lainnya.

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement