Selasa 02 Jun 2020 19:34 WIB

Cegah Penyakit yang Bisa Dicegah, Imunisasi Harus Berlanjut

Kemenkes mengingatkan, imunisasi harus tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.

Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) memberikan imunsiasi kepada balita di Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang, Banten, Rabu (13/5/2020). Pelayanan imunisasi tersebut tetap dilakukan di tengah pandemi Covid-19 demi menjaga kesehatan anak dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Foto: Antara/Fauzan
Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) memberikan imunsiasi kepada balita di Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang, Banten, Rabu (13/5/2020). Pelayanan imunisasi tersebut tetap dilakukan di tengah pandemi Covid-19 demi menjaga kesehatan anak dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg R Vensya Sitohang MEpid mengingatkan bahwa imunisasi anak harus tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19. Imunisasi perlu dilanjutkan untuk mencegah munculnya kembali penyakit yang bisa dicegah.

"Di era pandemi Covid-19, pelaksanaan imunisasi tentu tetap mengacu pada protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, pakai masker, petugas memakai APD," kata Vensya dalam diskusi tentang imunisasi anak di masa pandemi yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Menurut Vensya, imunitas adalah salah satu yang hal yang penting, apalagi menghadapi Covid-19 yang belum memiliki vaksin atau obat untuk mengatasinya. Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan imunitas spesifik terhadap penyakit menular yg dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), kata dia.

Vensya menjelaskan, upaya untuk imunisasi tidak boleh dihentikan dan di dalam masa pandemi seperti ini. Namun, perlu ada koordinasi antara orang tua dengan petugas kesehatan untuk melakukannya.

Dalam masa pandemi, layanan imunisasi sebagian besar mengalami perubahan atau terdampak akibat pandemi. Hal itu terlihat dari hasil survei cepat yang dilakukan Kemenkes dan Unicef kepada 5.329 responden yang merupakan vaksinator dan koordinator imunisasi selama 20-29 April 2020.

Dari survei tersebut, 83,86 persen atau sekitar 4.4469 mengatakan, ada layanan imunisasi yang terganggu. Sebanyak 8,62 persen mengatakan, gangguan terjadi di puskesmas, 35,07 persen gangguan di posyandu, dan 56,30 persen responden menyebut terjadi gangguan di posyandu dan puskesmas.

Sementara itu, berdasarkan data Kemenkes, cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) dan campak rubela lanjutan pada Januari-Februari 2020 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama pada 2019. Tapi, hal itu berubah pada Maret-April 2020 yang cakupannya lebih rendah dibandingkan Maret-April 2019.

Vensya mengatakan, kreativitas perlu dilakukan petugas kesehatan agar anak tetap mendapatkan imunisasi sesuai dengan waktunya. Inovasi diperlukan untuk menghindari kenaikan penyakit yang bisa dihindari dengan imunisasi setelah pandemi Covid-19 usai.

"Jangan sampai ada second wave untuk pandemi, tapi bukan pandemi Covid-19, tapi pandemi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Ini juga perlu kita ingatkan ke semua masyarakat," ujarVensya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement