Kamis 28 May 2020 15:33 WIB

Indonesia Mulai Dorong Industrialisasi Ubi Jalar

Di pasar domestik baru industri saus yang bisa menggunakan ubi sebagai bahan baku.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
ubi jalar
Foto: Humas Kementan
ubi jalar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pengembangan pangan lokal ubi jalar bakal digencarkan dari hulu hingga ke hilir. Potensi ubi jalar sebagai bahan baku produk makanan minuman memiliki pasar potensial baik di dalam negeri maupun pasar global.

Ketua Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia (Asapuji), Ahmed Joe Hara, menuturkan, komoditas ubi jalar meski terbuka lebar bagi industri makanan minuman, namun kapasitas produksi belum mampu memenuhi permintaan industri. Di sisi lain, pangsa pasar bagi pasar global sangat besar untuk olahan ubi jalar seperti pati dan pasta. 

Baca Juga

"Asosiasi ini baru saja dibentuk 16 Maret 2020 untuk meningkatkan pertanian ubi jalar karena potensinya yang besar sekali," kata Ahmed kepada Republika.co.id, Kamis (28/5).

Ahmed menjelaskan, di pasar domestik sejauh ini baru industri saus yang bisa menggunakan ubi sebagai bahan bakunya. Itu lantaran kemampuan produksi yang minim dan belum adanya pabrik pengolahan ubi. Pihaknya menargetkan agar olahan ubi bisa masuk ke industri makanan di Indonesia seperti biskuit dan mie hun karena kebutuhannya yang besar.

Adapun di pasar global, sudah terdapat empat perusahaan asing yang mengekspor ubi jalar asal Indonesia baik dalam bentuk pati, pasta, maupun ubi segar jenis cilembu. Meski sudah menembus pasar ekspor, nilai tambah yang diperoleh masih kurang lantaran ubi diserap dari petani dalam bentuk mentah.

"Ubi yang disuplai dari petani dihargai Rp 3-5 ribu per kilogram, sedangkan kalau sudah diekspor dalam bentuk pasta saja, sekitar 5 dolar AS per kg (Rp 70 ribu per kg, kurs Rp 14 ribu per dolar AS), makanya pengolahan ubi jalar harus kita gencarkan agar ada perusahaan Indonesia yang langsung bisa mengekspor," kata Ahmed.

Dari catatannya, masih terdapat potensi tambahan ekspor per tahun hingga 200 ribu ton per tahun jika industrialisasi digencarkan. Saat ini, diketahui ekspor olahan ubi dan mentah dari empat perusahaan asing eksportir olahan ubi jalar berkisar 6.000 ton per bulan.

Karena itu, Ahmed menjelaskan, fokus pertama pengembangan ubi jalar di Indonesia dengan meningkatkan pembibitan. Setidaknya ada lima jenis ubi yang siap dikembangkan yakni ubi cilembu, ubi jepang, ubi ungu, ubi putih, dan ubi manohara. Diperlukan bantuan pemerintah untuk membantu penyediaan dan distribusi bibit.

Pada tahap selanjutnya, asosiasi berencana membuat pabrik percontohan untuk pengolahan ubi jalar menjadi barang setengah jadi di sentra-sentra produksi. "Tentu jangka panjangnya kita ingin agar bisa memproduksi barang jadi yang bahkan siap ekspor. Makanya semua diawali dengan memperbesar penanaman ubi jalar," ujarnya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi, mengatakan, ubi jalar menjadi salah satu pangan lokal di luar padi, jagung, dan kedelai yang potensial dikembangkan. Lokasi budidaya pun tersebar di Jawa hingga Papua.

"Ubi jalar juga bisa sebagai substitusi beras, proses budidaya cukup sederhana dan sudah dikenal petani," kata Suwandi.

Suwandi menjelaskan, adapun produk jadi dari ubi jalar bisa dibuat menjadi tepung dan kriping yang siap dikonsumsi. Bahkan, hasil olahan ubi pun sudah mulai diekspor ke berbagai negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement