Rabu 27 May 2020 18:49 WIB

New Normal, Menperin Minta Industri Lakukan Penyesuaian

New normal akan mempengaruhi berbagai target di sektor industri nasional.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengajak pelaku industri bersiap menghadapi normal baru atau new normal. Sebab ke depannya, kondisi tersebut akan memengaruhi berbagai target.

"Ini akan membuat target-target kita tidak mudah bisa dicapai. Karena misal, dalam masa-masa normal, sebuah industri dibolehkan melibatkan 100 persen pekerjanya, tapi saat new normal, karena ada protokol kesehatan, industri harus lakukan penyesuaian," jelas Agus saat Halal Bihalal virtual bersama media massa pada Rabu (27/5).

Baca Juga

Dengan begitu, kata dia, kemungkinan industri hanya bisa mempekerjakan 50 persen karyawannya. "Sehingga memengaruhi produksi, produktivitas, dan timing target atau time frame kita," ujarnya.

Maka, sambung Agus, kinerja industri manufaktur pun dipastikan terpengaruh. Sementara perusahaan atau industri belum signifikan menerapkan teknologi 4.0.

 

"Belum signifikan bagi perusahaan industri yang sudah sepenuhnya pakai teknologi 4.0 atau less tenaga kerja, ini hrus dikaji lagi lebih dalam. Kebanyakan industri kita masih pakai Sumber Daya Manusia (SDM) dlm lakukan produksi, sehingga pembatasan akan pengaruhi timing target yang sudah kita rumuskan secara baik," tutur Agus.

Meski begitu, lanjutnya, optimisme tetap harus ada. Diharapkan, dalam kondisi new normal, industri bisa menggunakan teknologi maupun platform digital untuk memasarkan produk.

"Beberapa saat lalu, kami dari Kemenperin melakukan sebuah program dengan Tokopedia yaitu Satu Dalam Kopi. Hanya dalam beberapa hari, omsetnya meningkat berkali lipat dibadingkan sebelum adanya program tersebut," ujar Agus.

Kementerian, lanjutnya, juga sudah menggandeng Shopee dalam kampanye 'Bangga Buatan Indonesia' yang salah satu tujuannya, mempromosikan busana Muslim Indonesia. "Ini challenge Indonesia sebagai sebuah negara yang penduduk Muslim terbesar di dunia, tapi industri fashion Muslimnya nggak nomor satu di dunia, maka diharapkan pakai digital bisa lebih lakukan perluasan target pasar," jelas Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement