Selasa 21 Apr 2020 11:48 WIB

Menjadi Kartini-Kartini Bumi 

Hari Kartini juga refleksi untuk menjaga kelestarian bumi.

Museum RA Kartini, merupakan rumah tinggal RA Kartini bersama suaminya Djojo Adiningrat yang merupakan Bupati Rembang, Jawa Tengah, Rabu (19/4).
Foto:

Menjadi Kartini Bumi

Menjadi kartini bumi dapat dilakukan dengan aksi dan edukasi. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan aksi. Terdapat berbagai aksi sederhana yang jika lakukan secara konsisten akan memiliki dampak positif yang signifikan. Misalnya di tengah pandemi ini, kita dapat mengurangi intensitas bepergian dengan menggunakan moda transportasi. Dengan cara tersebut kita telah memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi dan juga mencegah penyebaran Covid-19 tentunya.

Aksi selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah dengan menanam pohon, tak perlu banyak cukup satu saja tetapi harus dirawat dengan baik dan berkelanjutan. Jika semangat menanam satu pohon “one person one tree” ini menular ke 6 miliar manusia yang ada di bumi ini, maka mulai hari ini bumi memiliki 6 miliar pohon baru yang siap memerangi polusi. Langkah ini jika konsisten dilakukan dan dikampanyekan secara terus menerus, maka di masa mendatang akan membuahkan hasil yang optimal bagi kelestarian bumi.

Disamping itu perempuan dapat melakukan kontribusi melalui edukasi langsung atau tidak langsung. Harus diakui perempuan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan laki-laki dalam interaksi sosial. Perempuan meskipun dapat membagi peran dengan laki-laki dalam kehidupan domestik namun tak dapat dipungkiri secara alamiah ia tak dapat bertukar peran sebagai Ibu. Posisi inilah yang kemudian akan memberikan pengaruh kelak terhadap nasib generasi yang akan datang. Seberapa terlibat ia dalam pengasuhan dan bagaimana pola interaksi yang ia lakukan sebagai orangtua. 

Dengan menjadi Ibu, perempuan dapat memberikan edukasi bagaimana cara merawat dan melestarikan bumi. Dengan menjaga dan mendidik generasi mendatang tentang hal tersebut ia telah memberikan kontribusi langsung untuk tetap melestarikan bumi. Mewariskan nilai-nilai luhur dan cinta terhadap lingkungan sama saja dengan mewariskan alam yang lebih baik untuk generasi mendatang. Anak-cucu kita berhak menikmati alam yang indah dan terjaga oleh karenanya sebagai bentuk syukur kepada yang maha kuasa, edukasi dan aksi harus diselaraskan dalam satu jiwa

*Keduanya adalah Asisten Peneliti di Pusat Riset Ketahanan Nasional Universitas Indonesia

  

 

 

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement