Ahad 19 Apr 2020 20:46 WIB

Tata Cara Ihram dan Mengapa Warna Kainnya Putih?

Ihram dilakukan dengan menggunakan baju ihram berwarna putih.

Ihram dilakukan dengan menggunakan baju ihram berwarna putih. Jamaah haji miqat dari Masjid Bir Ali Madinah (
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Ihram dilakukan dengan menggunakan baju ihram berwarna putih. Jamaah haji miqat dari Masjid Bir Ali Madinah (

REPUBLIKA.CO.ID, Ihram adalah pakaian yang harus dikenakan jamaah haji sebelum memasuki tanah suci. Tempat- tempat memakai ihram atau miqat makani sudah ditentukan sejak zaman Rasulullah.

Tak ada yang istimewa dari pakaian ini. Bagi jamaah haji pria, ihram hanyalah dua helai kain putih. Yang satu berfungsi menutupi area pinggang hingga mendekati mata kaki, atau disebut juga dengan izar. Satu helai lainnya menutupi bagian atas.

Baca Juga

Hujjatul Islam, Imam al-Gazali, dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan, putih adalah warna yang disukai Allah SWT.

Meski pun hanya pakaian sederhana, berihram ternyata akan lebih baik bila disertai dengan sejumlah amalan. Sebelum berihram, jamaah haji dianjurkan untuk mandi dengan niatan untuk memakai ihram. Ini dilakukan ketika mereka sudah sampai di miqat makani.

Selama membersihkan diri, jamaah haji membersihkan tubuhnya. Kemudian merapihkan janggut, kumis, rambut, dan memotong kuku.

Selesai mandi, jamaah dapat langsung mengenakan ihram. Selama mengenakan ihram, mereka tidak lagi mengenakan pakaian berjahit.

Selama mengenakan ihram, jamaah tidak boleh mengenakan wewangian. Namun, apabila masih ada wewangian tersisa di badan, maka tidak menjadi masalah. Dalam sebuah hadis diceritakan, sebelum memulai ihram, ada sisa wewangian atau misik di sela- sela rambut Rasulullah. Wewangian itu tidak dihilangkan meski pun Rasulullah sudah mengenakan ihram (HR Bukhari dan Muslim, dari Aisyah).

Dalam sebuah hadis diceritakan, istri Rasulullah, Aisyah, biasa menggosokkan minyak wangi kepada Rasulullah ketika ihram, juga ketika tahallul sebelum ia tawaf. (Bukhari dan Muslim)

Ketika berjalan menuju Tanah Suci, jamaah sudah bisa meniatkan untuk apa berihram. Ada yang berniat untuk berhaji. Ada juga yang berumrah, atau keduanya.

Jamaah disunahkan mendirikan sholat dua rakaat dengan niat sunah ihram. Pada rakaat pertama, jamaah membaca Surat al-Kafirun setelah membaca al-Fatihah. Pada rakaat kedua, jamaah dianjurkan membaca Surat al-Ikhlas setelah membaca al-Fatihah.

Jamaah disunahkan untuk selalu mengucapkan talbiyah, labbaik Allahumma labbaik…dan seterusnya. Lafaz ini tak harus diucapkan dengan keras. Cukup dengan suara perlahan agar tidak mengganggu kenyamanan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak memanggil zat yang tuli atau pun yang tidak hadir." (HR Bukhari dan Muslim).

Jika menemukan sesuatu yang mengagumkan di tengah perjalanan, maka jamaah disarankan mengucapkan, labbaik innal'aysya 'aiysyul akhirah. Artinya, labbaik ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat.

Selama menjalankan ibadah haji, jamaah dianjurkan untuk dapat melaksanakan berbagai amalan sunah. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan ibadah selama berada di Tanah Suci. Ibadah di Tanah Suci akan diganjar dengan pahala yang lebih besar dibandingkan beribadah di tempat lain.

Al-Gazali juga menulis, jamaah haji diimbau untuk berwaspada. Meski pun sedang beristirahat di malam hari, jamaah diharapkan tetap mengetahui lingkungan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar jamaah haji terhindar dari kejahatan dan keadaan bahaya.

Akan lebih baik apabila jamaah dapat bangun di malam hari untuk sholat tahajud dan berzikir. Qiyamullail di Tanah Suci akan terasa lebih khidmat.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement