Kamis 16 Apr 2020 12:57 WIB

Pasangan di Wuhan China Bisa Kembali Gelar Pesta Pernikahan

China sudah melonggarkan berbagai larangan yang bertujuan memutus penularan corona.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Seorang penjual menunggu pelanggan di sebelah toko di wilayah pedesaan Wuhan, Cina, Selasa (14/4). Sebagian besar penduduk desa di daerah pedesaan Wuhan kembali bekerja di ladang setelah dicabutnya lockdown . Wuhan yang merupakan pusat penyebaran wabah koronavirus, telah mencabut lockdown pada 08 April 2020.
Foto: EPA-EFE/ROMAN PILIPEY
Seorang penjual menunggu pelanggan di sebelah toko di wilayah pedesaan Wuhan, Cina, Selasa (14/4). Sebagian besar penduduk desa di daerah pedesaan Wuhan kembali bekerja di ladang setelah dicabutnya lockdown . Wuhan yang merupakan pusat penyebaran wabah koronavirus, telah mencabut lockdown pada 08 April 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Peng Jing menahan tawa saat melihat tunangannya Yao Bin berjalan berjingkat-jingkat. Berusaha tidak menginjak gaun putih panjang Peng dalam sesi foto pra-pernikahan mereka.

"Tersenyum!," kata fotografer sambil mengambil foto pasangan tersebut.

Baca Juga

Ketika seluruh dunia menunda dan membatalkan pesta pernikahan, ulang tahun dan perayaan lainnya, masyarakat yang tinggal di kota pertama terdeteksinya virus corona, Wuhan, China sudah bisa menggelar acara-acara tersebut.

Pemerintah China sudah melonggarkan berbagai larangan yang bertujuan memutus rantai penularan virus yang kini dikenal Covid-19 di kota itu. Keluarga, teman, kerabat dan kekasih yang terpisahkan selama karantina wilayah selama dua bulan akhirnya dapat bertemu.

Peng yang bekerja sebagai resepsionis dan tunangannya Yao seorang petugas bandara sudah lama membuat rencana pesta pernikahan, termasuk melakukan foto pra-pernikahan tetapi pandemi menunda rencana mereka.

"Kami harusnya mendaftarkan pernikahan kami pada 20 Februari 2020," kata Peng, Kamis (16/4).

Karena banyak angka 2 di tanggal yang populer itu, banyak pula pasangan yang ingin menggelar pesta pernikahan di tanggal itu. Namun kota Wuhan ditutup pada 23 Januari dan badan pendaftaran pernikahan di seluruh China juga ditutup. Kota itu melaporkan 50 ribu kasus infeksi dan 2.579 kematian.

"Saya mengantarnya ke rumahnya dan keesokan harinya karantina wilayah diberlakukan, saya sangat tidak bahagia," kata Yao.

Karena pekerjaannya Yao masih diizinkan keluar rumah tapi pasangan itu menghindari pertemuan. Mereka akan hanya berbicara, terkadang berdebat atau bermain games melalui aplikasi kirim pesan WeChat.

"Ia terus mengirimi saya makanan dan minuman karena karantina wilayah membuat kami tidak biasa keluar untuk membelinya, tapi saya takut seperti bagaimana jika terkena sesuatu saat sedang dijalan? Situasinya sangat serius saat itu," kata Peng.

Pasangan itu akhirnya bisa bertemu pada akhir Maret lalu ketika kantor tempat Peng bekerja dibuka kembali.

"Saya benar-benar emosional," kata Yao mengingat kembali pertemuan itu.

Peng dan Yao mendaftarkan pernikahan mereka pada Sabtu (11/4) lalu. Setelah badan pendaftaran pernikahan di kota mereka dibuka dan kini sedang mempersiapkan pesta pernikahan tradisional pada bulan Mei mendatang.

Pasangan itu mengatakan pesta pernikahan mereka akan digelar sederhana. Karena pemerintah pun masih berusaha mengendalikan pandemi dengan melarang pertemuan besar dan hotel juga tidak melayani pesanan, mereka mengatakan pestanya akan digelar di kediaman keluarga Yao.

"Tentu (pandemi) ini berikan dampak, tapi tidak menghalangi kami berdua dan tidak membuat kami menyerah, tentu jika saja kondisinya memungkinkan, saya akan memberikan yang terbaik untuknya," kata Yao. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement