Selasa 14 Apr 2020 17:17 WIB

BI Prediksi Defisit Transaksi Berjalan 1,5 Persen

Rendahnya defisit transaksi berjalan sejalan dengan laju ekspor yang menurun.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) lebih rendah 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal satu 2020. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 2,84 persen atau kuartal sama tahun lalu sebesar 2,6 persen dari PDB.
Foto: bea cukai
Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) lebih rendah 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal satu 2020. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 2,84 persen atau kuartal sama tahun lalu sebesar 2,6 persen dari PDB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) lebih rendah 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal satu 2020. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 2,84 persen atau kuartal sama tahun lalu sebesar 2,6 persen dari PDB.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan rendahnya defisit transaksi berjalan seimbang dengan laju ekspor yang menurun akibat pandemi virus corona. 

Baca Juga

"Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2020 diperkirakan akan lebih rendah dari 1,5 persen PDB," ujarnya saat video conference di Jakarta, Selasa (14/4).

Namun, menurut Perry, penurunan impor diperkirakan lebih dalam akibat menurunnya permintaan domestik dan berkurangnya kebutuhan input produksi untuk kegiatan ekspor.

"Meskipun ekspor akan menurun sejalan dengan penurunan permintaan dan harga komoditas dunia, neraca perdagangan diperkirakan membaik dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih tinggi,” jelasnya.

Tak hanya itu, lanjut Perry, defisit neraca jasa juga diperkirakan lebih rendah. Hal ini didorong oleh penurunan devisa untuk biaya transportasi impor serta penurunan devisa pariwisata. 

Kemudian defisit neraca pendapatan primer diprediksi menurun sejalan dengan berkurangnya penurunan kepemilikan asing pada instrumen keuangan domestik. 

Sedangkan aliran modal asing diprediksi kembali masuk ke Indonesia. Hal ini sejalan dengan meredanya kepanikan pasar keuangan global dan membaiknya ekonomi domestik. 

"Secara keseluruhan prospek neraca pembayaran Indonesia 2020 yang tetap baik dapat memperkuat ketahanan sektor eksternal Indonesia," ucapnya.

Bank Indonesia pun memperkirakan perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia mengalami perbaikan pada kuartal empat 2020. Meskipun, ekonomi negara berkembang sebelumnya harus mengalami penurunan pada kuartal dua dan kuartal tiga 2020.

"Hal ini sesuai dengan pola pandemi Covid-19," ucapnya.

Ke depan, Bank Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 2,3 persen sepanjang tahun ini. Hal ini disebabkan melemahnya ekonomi global dan langkah-langkah pencegahan virus corona yang berdampak pada aktivitas ekonomi, produksi dan penurunan pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia.

“Tapi kami yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara lain di dunia akan kembali meningkat pada 2021. Ini akan meningkat lebih tinggi pada 2020," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement