Selasa 07 Apr 2020 10:08 WIB

IHSG Kembali Melemah

Pergerakan IHSG dipengaruhi rencana The Fed yang percepat dana stimulus ekonomi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bervariasi pada pagi ini, Selasa (7/4). Indeks saham sempat menguat ke zona hijau di level 4.975,53 kemudian langsung berbalik arah melorot ke zona merah di posisi 4.746,37.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bervariasi pada pagi ini, Selasa (7/4). Indeks saham sempat menguat ke zona hijau di level 4.975,53 kemudian langsung berbalik arah melorot ke zona merah di posisi 4.746,37.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bervariasi pada pagi ini, Selasa (7/4). Indeks saham sempat menguat ke zona hijau di level 4.975,53 kemudian langsung berbalik arah melorot ke zona merah di posisi 4.746,37. 

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat pergerakan IHSG pada hari ini lebih dipengaruhi rencana The Fed membuat program untuk membantu mempercepat aliran dana stimulus perekonomian kepada pengusaha kecil.

Baca Juga

Menurut Nico, hal ini akan menjadi angin segar bagi dunia usaha Amerika Serikat (AS). "Langkah ini merupakan yang terbaru dalam langkah darurat lainnya oleh Bank Sentral untuk menjaga kredit tetap mengalir kedalam perekonomian (AS)," kata Nico, Selasa (7/4). 

Fasilitas ini akan memberikan pembiayaan berjangka kepada Bank terhadap pinjaman yang akan dikeluarkan oleh Program Perlindungan Pembayaran untuk usaha kecil. Program tersebut akan memberikan pinjaman kepada usaha kecil dan menutup penggajian, sewa, dan utilitas lainnya

hingga delapan minggu. 

Pinjaman akan diubah menjadi hibah apabila Perusahaan tetap mempertahankan atau mempekerjakan kembali para pegawai mereka. Namun rencana ini masih terkendala lantaran perbankan saat ini mengalami likuiditas yang terbatas untuk memberikan pinjaman kepada pengusaha kecil. 

Sentimen dari dalam negeri yang mempengaruhi IHSG hari ini yaitu rencana Indonesia merilis obligasi senilai 4,3 miliar dolar AS untuk membantu mengatasi krisis Covid-19 yang sedang terjadi di Indonesia. 

Nico melihat potensi pandemic bond ini dapat diserap cukup besar. Menurutnya negara investor masih membutuhkan alternatif investasi untuk mengejar target investasi tahun ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement