Jumat 03 Apr 2020 14:41 WIB

Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar

Sahabat Nabi masuk Islam lewat berbagai cara.

Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar.
Foto: MgIt03
Abu Thalhah, Keislamannya Sebagai Mahar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam jalan mengantarkan para sahabat Nabi Muhammad ke dalam pangkuan Islam. Ada Salman Al Farisi, yang menempuh jalan dengan menguji beragam kepercayaan hingga membuktikan kebenaran Islam. Ada pula Bilal bin Rabah yang harus rela didera siksa untuk mempertahankan keyakinannya.

Simak pula kisah Zaid bin Sahal Al-Najjariy atau lebih dikenal sebagai Abu Thalhah. Pernikahannya dengan Ummu Sulaim, telah mengantarkannya untuk mengucapkan kesaksian akan keesaan Allah dan Muhammad, sang Nabi, sebagai utusan yang menuntun manusia menuju kepada jalan kebenaran.

Baca Juga

Sebelum berislam, ia merasa yakin lamarannya tak akan ditampik oleh Ummu Sulaim, yang memang cantik dan cerdas. Sebab, ia adalah orang yang memiliki harta berlimpah. Tak hanya itu, ia pun berwajah tampan. Masyarakat umum pun mengakui akan kekayaan dan ketampanan Abu Thalhah dan mustahil lamarannya akan ditolak.

Ia memang mendengar, Ummu Sulaim telah berislam dan kerap mengaji untuk memperdalam agama barunya itu. Selain itu, suami pertamanya pun merupakan penyembah berhala seperti dirinya. Jadi mustahil lamarannya akan ditolak.

Pada saat Abu Thalhah mendatangi Ummu Sulaim untuk melamar, Ummu Sulaim yang telah berislam, berkata demi Allah, orang seperti Abu Thalhah, tidak mungkin ditolak jika ia melamar.

Hal yang patut disayangkan adalah ia masih dalam keadaan kafir. Sementara Ummu Sulaim adalah seorang wanita Muslimah. Tidak halal baginya untuk menikah dengan Abu Thalhah yang belum berislam.

Bagi Abu Thalhah, jawaban ini tak disangka sebelumnya. Ia telah begitu yakin lamarannya diterima dengan mudah. Kemudian, Abu Thalhah mendapatkan tawaran, jika ia berkeras hati untuk tetap menikahi Ummu Sulaim, maka menyatakan Islam sebagai agamanya adalah maharnya.

Ia tak dituntut untuk memberikan mahar yang mahal padahal ia orang yang paling kaya di kalangan Anshar. Ummu Sulaim tak meminta mahar yang berlimpah, hanya kesediaan Abu Thalhah memeluk Islam, menjadi mahar yang tak ternilai harganya.

Meski Abu Thalhah mulanya agak ragu, namun ia diyakinkan akan dibimbing dalam berislam. Pada akhirnya, Abu Thalhah menyatakan masuk Islam dan menjadikannya sebagai mahar untuk menikahi Ummu Sulaim. Sang mempelai wanita pun menerima dengan suka cita dan ucapan syukur kepada Allah atas anugerah terbesar itu.

Di atas landasan keimanan, mereka mampu membangun tatanan keluarga yang harmonis. Ummu Sulaim sangat menghormati suaminya dan begitu sabar dalam menjalani hidup bersamanya. Bahkan Nabi pun memberikan pujian terhadap Ummu Sulaim. Demikian pula dengan Abu Thalhah, yang memberikan curahan kasih sayang tulus kepada Ummu Sulaim.

Dan ternyata masuknya Abu Thalhah ke dalam pangkuan Islam bukan karena Ummu Sulaim semata. Ia memeluk Islam dengan sepenuh hati. Buktinya, ia kemudian menjadi salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling menonjol. Ia adalah sahabat yang sangat berani dan begitu pemurah karena kerelaanya berkorban di jalan Allah.

Bersama istrinya, mereka menyerahkan jiwa raganya demi kemajuan Islam. Mereka termasuk di antara tujuh puluh orang yang melakukan Bai'tul Aqabah, yaitu sumpah setia yang diucapkan kaum Muslim sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement