Kamis 02 Apr 2020 16:07 WIB

Dunia Hewan yang Berubah Akibat Lockdown

Ketidakhadiran manusia akibat lockdown mengubah pola hidup hewan.

Kebun binatang di Karachi, Pakistan, tampak sepi akibat kebijakan lockdown parsial berlaku. Di negara dengan angka Covid-19 yang besar kebun binatang dipaksa untuk tutup dan tidak menerima pengunjung.
Foto: EPA
Kebun binatang di Karachi, Pakistan, tampak sepi akibat kebijakan lockdown parsial berlaku. Di negara dengan angka Covid-19 yang besar kebun binatang dipaksa untuk tutup dan tidak menerima pengunjung.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Gumanti Awaliyah

Bukan hanya manusia yang mengalami kebosanan saat dihadapkan dengan keharusan berdiam diri. Hewan pun harus berjuang melawan kebosanan akibat karantina wilayah.

Baca Juga

Seperti hewan-hewan dari kebun binatang Selandia Baru. Para penjaga kebun binatang harus menggunakan beberapa langkah tidak biasa untuk membuat hewan tetap terhibur.

Teka-teki, parfum, dan jenis permainan baru semuanya telah dikerahkan untuk membuat warga kebun bintang tetap terlibat dan bahagia. Penjaga taman margasatwa Orana dekat Christchurch di Pulau Selatan, Nathan Hawke menyatakan, tempat mereka memiliki 400 hewan.

"Kea dan gorila khususnya tampaknya kehilangan orang, mereka benar-benar menikmati melihat publik. Jadi (lockdown) memaksa kita untuk berpikir di luar alun-alun dan pergi melampaui hewan-hewan kita yang berharga," kata Hawke.

Para hewan telah terbiasa dengan rutinitas bertemu manusia setiap harinya. Namun, kegiatan tersebut berubah sejak pandemi virus corona terjadi dan membuat Selandia Baru memutuskan melakukan pembatasan kegiatan di luar rumah.

"Orang-orang memberikan stimulasi kehidupan nyata yang hebat bagi hewan-hewan itu, beberapa hewan sosial kita, seperti kea, berpikir ada yang aneh," kata Hawke, dikutip dari The Guardian.

Petugas kebun binatang telah dipaksa untuk bekerja dua kali lebih keras untuk merangsang dan menghibur hewan-hewan. Mereka harus mengajak hewan lama untuk berjalan-jalan, menyemprotkan cologne dan parfum di tempat-tempat persembunyian untuk membangkitkan minat para singa, dan menawarkan  puzzle atau memainkan suara-suara yang tidak biasa untuk menjaga burung spesies khusus Pulau Selatan tetap hidup.

Hawke menyatakan, banyak hewan pendamping dan hewan ternak juga telah dipindahkan ke berbagai bagian taman. Keputusan ini memungkinkan mereka menjelajahi area baru, menikmati pemandangan segar, dan hewan baru yang membuat sibuk untuk bersosialisasi.

"Ini tentang mempertahankan rutinitas baru dan mengisi kekosongan yang seharusnya diisi pengunjung," ujar Hawke.

Sedangkan kebun binatang Wellington di Pulau Utara, manajer perawatan hewan, Joanne Thomas, mengatakan bahwa binatang-binatang yang memiliki keingintahuan tinggi seperti berang-berang dan meerkat sangat menyadari tidak adanya pengunjung. Untuk hewan seperti dingo, mereka harus dipindahkan ke kebun binatang lain agar tetap sibuk berkegiatan.

"Berang misalnya bisa sangat interaktif dengan pengunjung kami. Sekarang kami melihat mereka lebih fokus pada penjaga daripada biasanya," ujar Thomas.

Bukan penjaga kebun binatang di Selandia Baru yang tetap harus memutar otak agar kehidupan berjalan normal bagi hewan-hewan. Kebijakan lockdown ternyata mempengaruhi kehidupan hewan kebun binatang yang sudah sangat terbiasa dengan kehadiran pengunjung.

Penjaga di salah satu kebun binatang di London misalnya harus memberi perhatian ekstra ke kambing mini atau pygmy goat. Mereka pasalnya sangat menanti kedatangan pengunjung. Akibat lockdown beberapa kambing mini tersebut terus menanti kunjungan tamu yang juga tiba.

Direktur Kebun Binatang Dudley di Inggris, Derek Grove, mengatakan penjaga hewan yang tidak bisa tidur di lokasi kebun binatang berusaha keras agar rutinitas hewan-hewan tidak berubah. "Kami punya orangutan dan simpanse yang terbiasa dengan orang dan kami bekerja untuk menyiasati itu, mereka punya rutinitas. Begitu ada hal yang berubah, hewan-hewan tidak terlalu bahagia akibatnya," kata Grove.

Pembatasan jarak fisik mungkin membuat hewan-hewan di kebun binatang merindukan kehadiran pengunjung. Tapi bagi hewan liar bisa jadi ini adalah momen bagi mereka berkelana di jalanan.

Seperti gerombolan kambing jenis Great Orme Kashmiri yang berkeliaran di sebuah kota di pesisir Wales Utara, Inggris. Pemandangan langka itu terjadi ketika penduduk setempat sedang menerapkan karantina mandiri di rumah, sesuai instruksi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Puluhan kambing terlihat berjalan-jalan di sekitar Kota Llandudno sejak pekan lalu. Video dan gambar yang dibagikan warganet menunjukkan aktivitas kambing selama 'menguasai' kota. Mereka ada yang asyik memakan rumput di halaman gereja, berjalan di hamparan bunga, juga berkeliling di sekitar rumah penduduk.

Seorang warga, Carl Triggs, terkejut dengan kambing-kambing itu. Dia menemukan kambing tersebut di jalan sekitar kediamannya.

"Kambing-kambing itu hidup di area perbukitan yang menghadap ke kota. Mereka tinggal di sana, sangat jarang menjelajah ke jalanan kota," kata Triggs, dikutip dari CNN.

Warga lainnya, Joanna Stallard, melihat penampakan kambing-kambing itu merupakan kejadian biasa. Pada hari-hari biasa, dia sering melihat kambing berkeliaran di kebun rumahnya.

Sementara, bagi Mark Richards dari hotel Lansdowne House, sepanjang bulan Maret, kambing liar tersebut memang kerap terlihat dan berjalan-jalan di kaki bukit. Uniknya, tahun ini kambing itu bisa leluasa berkeliaran di jalanan kota.

"Mereka menjadi lebih bebas dan percara diri berjalan di jalanan kota, karena tidak ada manusia dan kendaraan," kata Richards.

Meski begitu, menurut anggota dewan daerah Penny Andow yang sudah 33 tahun dia telah tinggal di daerah itu, dirinya tidak pernah melihat kambing berkeliaran di kota. Aparat kepolisisan Wales Utara mengonfirmasi bahwa mereka menerima aduan via telepon tentang kambing liar pada akhir pekan lalu.

"Kami tidak mengetahui adanya petugas yang mendatangi mereka karena mereka biasanya pulang sendiri," demikian penyataan dari kepolisian Wales.

Di San Francisco ketika semua penduduknya berdiam di rumah selama dua pekan, rombongan serigala liat atau coyote muncul. Juru Bicara San Francisco Animal Care and Control, Deb Campbell, mengatakan kemungkinan coyote berkeliaran karena hany ada sangat sedikit kendaraan di jalanan.

"Mungkin mereka bingung ke mana semua orang pergi," katanya, dikutip dari New York Times.

Kebijakan pembatasan jarak fisik memang tidak meningkatkan populasi hewan. Tapi tampaknya mengubah pola hidup mereka terkait pencarian makanan.

Kepala Entomologis di National Pest Management Association, Jim Fredericks, mengatakan hewan liar mencari makanan di tempat-tempat yang sebelumnya tidak mereka jamah. "Bagian yang hilang saat ini adalah manusianya," katanya.

Di Louisiana yang sudah menerapkan lockdown, sehingga menyebabkan restoran harus tutup, tikus-tikus New Orleans kehilangan sampah tempat mereka mengais makanan. Tikus pun lebih agresif mencari makanan di luar tempat biasanya mereka makan.

Seperti monyet ekor panjang di Lopburi, Thailand. Para monyet biasanya makan dari turis yang mengunjungi kawasan warisan budaya tersebut. Jumlah turis yang menurun hingga 85 persen membuat monyet-monyet semakin agresif mencari makan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement