Rabu 18 Mar 2020 07:18 WIB

Italia Turunkan 10 Ribu Mahasiswa Kedokteran Tangani Corona

Italia membatalkan ujian akhir yang harus dilakukan mahasiswa agar bisa atasi corona.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Petugas medis berjalan di Roma saat Italia tengah dilanda virus corona. Italia akan menyediakan 10 ribu dokter dari mahasiswa kedokteran yang baru lulus. Ilustrasi.(Angelo Carconi/EPA)
Foto: Angelo Carconi/EPA
Petugas medis berjalan di Roma saat Italia tengah dilanda virus corona. Italia akan menyediakan 10 ribu dokter dari mahasiswa kedokteran yang baru lulus. Ilustrasi.(Angelo Carconi/EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Italia akan menurunkan 10.000 mahasiswa kedokteran ke dalam layanan menangani pasien virus corona yang terus melonjak. Langkah itu pun membuat pemerintah membatalkan ujian akhir yang harus dilakukan mahasiswa.

Krisis telah mendorong rumah sakit ke titik puncak layanan untuk menangani penularan di Italia utara. Kondisi itu membuat daerah lain berjuang untuk memperkuat jaringan kesehatan.

Baca Juga

Salah satu cara mengatasi kurangnya layanan kesehatan itu dengan melibatkan mahasiswa kedokteran. Menteri Universitas Gaetano Manfredi mengatakan, pemerintah akan membiarkan lulusan kedokteran tahun ini mulai bekerja sekitar delapan atau sembilan bulan lebih cepat dari jadwal seharusnya. Keputusan itu mengesampingkan ujian wajib yang biasanya dilakukan sebelum kualifikasi.

"Ini berarti segera melepaskan ke dalam Sistem Kesehatan Nasional sekitar 10.000 dokter, yang merupakan dasar untuk mengatasi kekurangan yang diderita negara kita," kata Gaetano dalam sebuah pernyataan.

Lulusan akan dikirim untuk bekerja di klinik dokter umum dan di rumah orang lanjut usia. Cara itu akan membebaskan dokter yang lebih berpengalaman ke rumah sakit yang terisi oleh pasien dengan cepat.

Sekitar 2.158 orang telah meninggal karena virus tersebut di Italia sejak wabah muncul pada 21 Februari. Sementara, jumlah total kasus yang dikonfirmasi telah melonjak menjadi 27.980, sehingga menempatkan Italia sebagai negara yang paling parah di luar China.

Selama tiga pekan, Kepala unit perawatan intensif di rumah sakit Policlinico Milan Giacomo Grasselli menyatakan, 1.135 orang membutuhkan perawatan intensif di Lombardy. Sedangkan, wilayah yang paling terdampak itu hanya memiliki 800 tempat perawatan intensif.

Pihak berwenang telah bekerja untuk menyiapkan ratusan tempat perawatan intensif di fasilitas yang dibuat khusus di pusat pameran Fiera Milano. Namun, tempat itu belum beroperasi karena masih menunggu respirator dan personel yang berkualitas.

Melihat pemerintah yang semakin dibuat kewalahan, banyak orang dan perusahaan mencoba mengulurkan bantuan. Mantan Perdana Menteri Silvio Berlusconi akan menyumbangkan 10 juta euro untuk membantu melengkapi pusat baru kesehatan tersebut pada Selasa (17/3). Sedangkan, perusahaan minyak utama ENI telah membayar konversi multi-juta euro untuk rumah sakit swasta Columbus yang kecil menjadi pusat perawatan pasien virus corona. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement