Senin 09 Mar 2020 15:24 WIB

Pasien Kasus 1 dan 2 Corona Alami Tekanan Psikologis

Tekanan psikologis tersebut akhirnya memengaruhi imunitas tubuh keduanya

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto yang juga juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona mengatakan Pasien kasus 1 dan 2 yang dinyatakan positif corona mengalami tekanan psikologis. Ilustrasi.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto yang juga juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona mengatakan Pasien kasus 1 dan 2 yang dinyatakan positif corona mengalami tekanan psikologis. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pasien kasus 1 dan 2 yang dinyatakan positif corona mengalami tekanan psikologis. Tekanan psikologis tersebut akhirnya memengaruhi imunitas tubuh keduanya.

"Untuk kasus 1 dan 2 tidak ada keluhan. Dokter penanggung jawab pasien yang merawat menyampaikan kalau kasus 1 dan 2 mengalami beban psikologis karena identitas mereka terpublikasi beberapa waktu lalu," kata Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes sekaligus juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto di kantor presiden Jakarta, Senin (9/3).

Baca Juga

Pasien 1 dan 2 adalah seorang perempuan berusia 31 tahun dan ibunya yang berusia 64 tahun yang berdomisili di Depok, Jawa Barat. Keduanya dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Suroso sejak 1 Maret 2020.

"Mereka berdua mengalami beban psikologis sedangkan hasil pemeriksaan spesimen kemarin masih positif meski sudah masuk hari ketujuh. Jadi belum akan melepas perawatan meski secara klinis tidak ada keluhan apa-apa," ungkap Yuri.

Yuri menilai bahwa hasil positif keduanya karena imunitas tubuh juga dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis. "Mereka sekarang agak depresi akibat pernah mengalami hukuman sosial yang besar akibat identitasnya terungkap. Sekarang mereka agak tertekan dengan itu dan saya katakan dari awal faktor psikologis akan berpengaruh pada status imunitas seseorang," tambahnya.

Menurut Yuri, RSPI juga sudah menyediakan psikiater untuk mendampingi keduanya. Sedangkan untuk pasien 3 dan 4 kondisinya juga lebih bagus dari sebelumnya.

"Pasien 3 dan 4 jauh lebih bagus kondisinya dari pada sebelumnya namun mereka ada permintaan ke kami untuk memberikan garansi tidak akan mengumumkan nama mereka. Mereka takut seperti yang terjadi pada kasus 1 dan 2 karena kasus 1, 2, 3, 4, dan 5 berasal dari klaster yang sama. Di antara mereka ada komunikasi karena tidak ada larangan untuk menggunakan smartphone," jelas Yuri.

Pasien 5 yaitu laki-laki berusia 55 tahun juga menurut Yuri tidak ada keluhan fisik. Namun karena biasa beraktivitas ia pun merasa tidak biasa berada di ruang isolasi.

"Kasus 6 juga kondisinya bagus dan tidak ada keluhan. Dia ini imported case karena penularan terjadi di Kapal Diamond Princess. Kita yakini tidak bersumber dari penularan lokal," ungkap Yuri.

Saat ini masih ada lima orang pasien yang sedang diobservasi dan menunggu hasil laboratorium. Ada enam orang Warga Negara Indonesia yang dinyatakan positif COVID-19. Kasus 1 dan kasus 2 diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta pada 2 Maret 2020.

Kasus 1 mengalami kontak langsung dengan warga negara Jepang yang menjadi kasus terkonfirmasi ke-24 di Malaysia. Sedangkan kasus 2, 3, 4 mengalami kontak langsung dari kasus 1.

Kasus 5 adalah hasil pemeriksaan dari klaster Jakarta, yaitu sejumlah orang yang ditelusuri relasinya berdasarkan kontak dengan kasus 1. Sedangkan kasus 6 adalah salah satu dari Anak Buah Kapal (ABK) Diamond Princess yang saat ini diisolasi di RS Persahabatan Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement