Senin 30 Sep 2019 09:39 WIB

La Tansa Mashiro Ajak Mahasiswa Peduli Lingkungan

Tokoh nasional membacakan deklarasi nasional penyelamatan lingkungan hidup.

Sejumlah tokoh nasional membakan deklarasi penyelamatan lingkungan hidup di Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro, Lebak, Banten.
Foto: Dok La Tansa
Sejumlah tokoh nasional membakan deklarasi penyelamatan lingkungan hidup di Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro, Lebak, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Para aktivis lingkungan, pemuka agama, akademisi, budayawan, seniman, TNI, Polri, mahasiswa, pejabat dan tokoh masyarakat berkumpul di Kampus Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro, Lebak, Banten, pekan lalu.  Mereka mengikrarkan deklarasi nasional penyelamatan lingkungan hidup.

Inilah tiga  poin deklarasi yang dibacakan secara kolosal dipimpin oleh sastrawan dan Direktur Eksekutif Rifa'i Center (RICE),  Chavchay Syaifullah. Pertama, pelestarian lingkungan hidup merupakan tugas dan kewajiban setiap warga negara, maka negara harus menjamin keberlangsungan pelestarian lingkungan hidup demi masa depan bangsa dan negara.

Kedua, penanaman cinta terhadap lingkungan hidup harus dimulai sejak usia dini dan program pelestarian lingkungan hidup harus disesuaikan dengan perkembangan sains dan teknologi tanpa mengorbankan nilai-nilai kearifan lokal.  

Ketiga,  pengrusakan terhadap lingkungan hidup merupakan sebagian dari pengkhianatan atas nilai-nilai budaya luhur bangsa dan negara.

Tiga poin deklarasi itu dibacakan oleh para tokoh nasional, gerakan lintas budaya dan lintas generasi yang hadir. Mereka antara lain,  Prof  Dr  Jimly Asshidiqie (ketua umum ICMI), Dr M  Jafar Hafsah (sekjen ICMI), Dr Ir Saleh Abdurahman (staf ahli Bidang Lingkungan dan Tata Ruang Kementerian ESDM RI), Dr Ir Hariyanto MT (Kementerian ESDM RI), Ir Helmi Basalamah MM (kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI), Budi Satyawan Wardhana (deputi Perencanaan dan Kerjasama Badan Restorasi Gambut RI), dan Ade Sumarna (wakil bupati Lebak). Selain itu, Ir Priyono (kepala Bagian Umum Ditjen PSP, Kementerian Pertanian RI), Kolonel TNI Windiatno (danrem 064 Maulana Yusuf, mewakili Panglima TNI), Dr Suharno M Kes (staf ahli Bidang Kesra dan SDM Kota Tangerang Selatan, mewakili walikota Tangsel). 

Hadir juga para ulama, budayawan, seniman dan penggiat lingkungan, antara lain: Ketua Umum FSPP Banten,  KH Ikhwan Hadiyin;  Raja Asdi, Remy Sylado, Sam Bimbo, Ully Harry Rusady, R  Dono Sumarwoto, serta jurnalis Didang mewakili kalangan pers.

Menurut Pimpinan Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro, KH Dr Sholeh Rosyad MM, kegiatan Deklarasi Nasional Penyelamatan Lingkungan Hidup sangat penting, sebab keseimbangan ekologis sekarang ini mulai rusak.

"Padahal kita sebagai manusia punya kewajiban untuk menjaga keseimbangan ekologis yang sudah diciptakan sejak Nabi Adam. Namun apa yang kita lihat sekarang ini adalah fakta kerusakan alam. Maka manusia yang harus bertanggung jawab. Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro mengajak mahasiswa harus peduli terhadap lingkungan. Kami berupaya menjadi ujung tombak dalam menjaga lingkungan hidup," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (29/9).

Ketua Umum ICMI, Prof Dr Jimly Asshidiqie yang pada hari itu memberi Studium Generale bertajuk Green Constitution: Masa Depan Pelestarian Lingkungan Hidup mengatakan,  Indonesia menghadapi situasi lingkungan yang sangat ekstrim. Di Jambi saja, misalnya, gara-gara asap,  pada jam 12  siang, gelapnya seperti jam 12 malam. “Indonesia itu mempunyai alam yang ringkih. Kalau tidak ringkih tidak akan terpecah menjadi 17 ribu pulau,” kata Jimly.

Ia menambahkan, dii atas tanah Indonesia terdapat gunung berapi. Sementara di bawah tanah dan lautan terdapat patahan-patahan. Masih menurutnya, itu sebabnya harus dijaga bersama-sama. Dulu mungkin soal sosialisasi kesadaran penjagaan lingkungan hidup sebagai fardu kifayah, tapi saat ini setiap orang wajib menjaga lingkungan hidup merupakan fardu 'ain.    

Menurut Jimly, setiap orang wajib bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. “Adalah sangat penting merawat dan melestarikan lingkungan hidup. Apalagi Indonesia merupakan paru-paru dan jantungnya dunia. Maka, kerusakan lingkungan hidup di Indonesia bukan hanya menyangkut kita. Tapi masyarakat dunia ikut menjadi korban. Inilah perlunya menyadari pentingnya posisi Indonesia di dunia. Saatnya Indonesia memimpin dunia, “ paparnya.

Ia mengemukakan, Indonesia bangsa k empat terbesar di dunia dari segi jumlah penduduknya.  Kekayan alam Indonesia  nomor empat. Hasil karet Indonesia  nomor dua di dunia setelah Brasil.

“Tinggal masalahnya kualitas manusianya. Baik kualitas intelektualitasnya,  kualitas moralnya, maupun akhlaknya. Kalau sudah sesuai standar internasional, maka pada saatnya Indonesia akan menjadi negara terbesar keempat di dunia," ungkap Jimly Asshidiqie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement