Ahad 18 Sep 2022 21:30 WIB

STAIL Surabaya Selenggarakan Studium Generale, Angkat Tema Kepemimpinan Milenial

Mencontoh Nabi Muhammad, mahasiswa perlu melatih jiwa kemandirian. 

Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Surabaya  mengadakan  Studium Generale dengan mengangkat tema Kepemimpinan  Milenial: Mujahid, Loyal dan Profesional menuju Kebangkitan Peradaban Islam, di kampus STAIL, Surabaya, Sabtu (17/9/2022).
Foto: Dok BMH
Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Surabaya mengadakan Studium Generale dengan mengangkat tema Kepemimpinan Milenial: Mujahid, Loyal dan Profesional menuju Kebangkitan Peradaban Islam, di kampus STAIL, Surabaya, Sabtu (17/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menyambut tahun akademik baru 2022-2023, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Surabaya  menyelenggarakan Studium Generale, dengan mengangkat tema “Kepemimpinan Milenial: Mujahid, Loyal dan Profesional Menuju Kebangkitan Peradaban Islam”. 

Tema ini diangkat, sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian STAIL, sebagai institusi pendidikan Islam, terhadap krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini, khususnya di dunia Islam, baik di tingkal lokal maupun internasional. 

"Dunia rindu sosok pemimpin seperti Rasulullah SAW. Sampai saat ini, belum juga muncul. Kita sendiripun bingung mencari tahu, sebenarnya siapa pemimpin kita?" ujar Ustadz Muh  Idris  MPd, ketua STAIL, dalam sambutannya di acara tersebut, Sabtu (17/9/2022). 

Besar harapan, lanjutnya, STAIL hadir memenuhi dahaga itu. “Mampu melahirkan  pemimpin  yang mujahid, memiliki loyalitas, serta profesional dalam menjalankan roda kepemimpinannya,” kata Ustadz Muh Idris dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (17/9/2022). 

Sementara itu, Dr  H Jainudin  MSi, selaku pemateri tunggal, menegaskan bahwa pada hakekatnya semua manusia itu adalah pemimpin sesuai dengan kapasitas masing-masing.  "Sepintar atau sebodoh apapun orang, selama akal masih sehat, maka dia adalah pemimpin," tegasnya. 

Ia menegaskan, untuk tampil sebagai pemimpin besar, maka dibutuhkan upaya. Langkah utamanya harus memulai dari diri sendiri, dengan cara melatih untuk  memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Mandiri dan mampu  untuk mengarahkan kepada hal-hal yang baik, yang membangun kepribadian tangguh. 

"Siklus kepemimpinan Rasulullah SAW dimulai dari diri sendiri. Tidak berpangku tangan dalam menghadapi keadaan. Tapi bergerak untuk melakukan perubahan bagi dirinya. Misal, dengan berstatus sebagai anak yatim, beliau memilih menjadi penggembala kambing untuk kemandiriannya. Bukan mengandalkan uluran tangan paman," ulasnya. 

Dosen UINSA ini kemudian menegaskan, bahwa jangan pernah seseorang bermimpi menjadi pemimpin besar, kalau tidak mampu memimpin diri sendiri.  Karena itu, dosen yang dikenal humoris ini, menekankan kepada mahasiswa untuk melatih jiwa kemandirian, termasuk dalam hal pembiayaan kuliah. 

"Umur 12 tahun  Nabi Muhammad SAW  telah melatih diri untuk mandiri. Maka para mahasiswa, bekerjalah. Berbisnislah, biar jiwa kemandirian itu tumbuh. Tidak menggantungkan hidup pada orang lain, termasuk orangtua,”  ujarnya. 

Hadir dalam acara yang diselenggarakan di kampus satu  itu, pengelola STAIL, para dosen, dan para mahasiswa/i dari semua program; Takhasus, Reguler (pagi dan sore), serta Tahfidz Bersanad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement