Selasa 12 Mar 2019 08:47 WIB

Hikmah (Cerpen)

Demi lulus CPNS, Tarno rela mengikuti anjuran orang pintar untuk mengambil kain kafan

Hikmah
Foto:

Beban yang dirasakan Tarno semakin menumpuk. Kepalanya bahkan terasa berat memikir semuanya. Hari-hari yang Tarno lalui akhirnya dihabiskan untuk melamun. Memang selain melamun, Tarno juga berusaha mengerjakan latihan soal ujian masuk. Namun, Tarno tidak bisa memecahkan soal-soal itu.

Bagi Tarno, soal-soal itu malah memberikan beban lain—berupa tekanan yang membuatnya semakin depresi. Tarno menyerah. Hanya, ketika mengingat istri dan anaknya, membuat Tarno tidak bisa begitu saja meninggalkan masalah ini. Sampai kemudian Tarno berpikir pendek untuk mendatangi orang pintar yang dipercayai memiliki ilmu gaib.

Karena tak bisa lagi mengharapkan pada kemampuannya sendiri, Tarno nekat mendatangi orang pintar. Lalu di sana ia disarankan untuk melakukan beberapa ritual khusus. Salah satunya adalah mengambil tali pengikat kafan miliki seorang mayat yang baru saja mati.

“Kau harus mengambil dengan mengeduk makamnya menggunakan tanganmu. Ambillah tali pengikatnya. Ambil juga sejumput tanahnya. Lalu, tanah itu tebarkan di depan rumahmu. Nanti akan ada yang datang memberikan jawaban atas masalahmu!”

“Apakah tidak ada syarat lainnya? Aku rasa itu terlalu sulit untukku,” Tarno mencoba.

“Tidak ada! Ini pilihanmu! Tapi ingat, kau harus melakukannya sebelum pagi. Kalau tidak, kau akan terkena kutukan.”

Orang pintar itu menjelaskan ada risiko dari apa yang diperbuatnya. Selain bisa dihajar habis-habisan oleh warga bila ketahuan, Tarno juga bisa mendapatkan kutukan kalau gagal menjalankan niatnya. Karena sebelum menjalankan ritual itu, ia harus membaca sebuah mantra khusus agar semua yang diperolehnya memiliki khasiat ajaib.

***

Selama sepekan Tarno menunggu kabar dari salah satu tetangganya yang meninggal. Dan waktu pagi hari mendapatkan kabar duka itu—yang juga menjadi kabar keberuntungannya— malam harinya Tarno lekas mendatangi kuburan. Tarno pun sekitar pukul 11.30 malam, lekas mengendap ke makam si mayat. Tarno cepat melakukan apa yang disyaratkan oleh orang pintar tersebut.

Tarno mulai menggali kuburan itu dengan kedua tanganya. Dengan cepat dan gesit Tarno bisa menggali tanah kuburan yang masih basah dan gembur tersebut.

Sebelum tengah malam bahkan Tarno bisa mengambil salah satu tali pengikat kafannya. Namun, bukannya tidak ada masalah, ketika ingin menguburkan ulang mayat itu, datang segerombol anjing yang menyerang Tarno. Anjing-anjing itu berusaha merebut tali pengikat kafan. Dan sama seperti dalam sebuah kisah pendek berjudul 'Anjing-Anjing Menyerang Kuburan' karya Kuntowijoyo, Tarno bertarung dengan anjing-anjing itu.

Tarno terus berusaha melindungi tali kafan itu. Ia tidak menyerah untuk melawan. Ia bahkan tak memedulikan tangannya yang koyak dan luka-luka karena gigitan anjing. Di dalam kepalanya, Tarno bertekad ingin mendapatkan kemudahan agar dapat lulus CPNS.

***

Istrinya sempat curiga dengan luka-luka yang diderita oleh Tarno. Namun, Tarno selalu berkilah ketika ditanya mengenai luka itu. Tarno mengatakan kalau dirinya diserang hewan liar saat pulang sekolah. Istrinya percaya. Hanya apa yang diharapkan Tarno mengenai kemudahan dari jimat itu belum tampak juga. Bahkan, ketika harian ujian semakin dekat.

Mimpi yang dijanjikan oleh orang pintar itu belum juga datang. Hingga akhirnya Tarno mendapatkan informasi dari berita kalau orang pintar itu ditangkap polisi. Orang pintar itu dianggap sudah penipu banyak orang. Dan Tarno yang menjadi salah satu dari korbannya hanya terpekur menyesali uang dua juta serta waktunya yang terbuang. Padahal ujian masuk tinggal menunggu jam lagi.

TENTANG PENULIS

RISDA NUR WIDIA. Buku kumpulan cerpen tunggalnya: Bunga-Bunga Kesunyian (2015), Tokoh Anda yang Ingin Mati Bahagia seperti Mersault (2016) dan Novel Igor: Sebuah Kisah Cinta. Cerpennya telah tersiar di berbagai media.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement