Selasa 12 Mar 2019 08:47 WIB

Hikmah (Cerpen)

Demi lulus CPNS, Tarno rela mengikuti anjuran orang pintar untuk mengambil kain kafan

Hikmah
Foto:

Malam harinya setelah mengetahui saingannya yang banyak, Tarno tidak bisa tidur. Siang harinya sepulang kerja pun ia mengalami kegelisahan yang sama. Istrinya sendiri sempat menanyakan: Mengapa ia menjadi pelamun dan tidak menghabiskan makanannya? Tarno menjawab dengan gelengan kepala dan senyum.

Demikian pula kini, saat malam datang, ketika sebelum tidur tadi istrinya kembali mencoba membahas mengenai pendaftaran tes pe gawai negeri itu. Tarno pun kemudian menyentak sedikit ketus istrinya. Tarno melakukan itu—apabila bisa jujur terhadap istrinya—karena ingin menghindari pembicaraan mengenai tes CPNS tersebut. Tarno depresi.

“Bagaimana, Mas? Kamu sudah mendaftar untuk ujian CPNS?” tanya istrinya kepada Tarno saat ingin berangkat tidur.

“Semoga kamu bisa diterima ya, Mas?”

“Oh…” Tarno tergeregap karena lamunannya. “Iya, Dek, doakan aku ya.”

“Iya, Mas. Aku selalu mendoakanmu, Mas,” kata istrinya. “Dan anak kita ini…”

Tiba-tiba, istrinya tersenyum manis. Istrinya juga mengusap perutnya yang tampak datar seperti hari-hari biasa. Tarno mengernyitkan keningnya. Tarno mencoba mencari jawaban atas konteks antara ‘doa’ dan ‘anak’ yang dikatakan istrinya.

Tarno melihat secara bolak-balik dan seksama antara perut dan senyum istrinya. Sementara istrinya masih tersenyum senang di samping Tarno. Memang, istrinya sangat bahagia saat pagi tadi mendapatkan jawaban atas mual-mual dan hilangnya selera makannya dua hari terakhir. Dari hasil uji klinis yang dilakukan menggu nakan tes kehamilan, wanita itu dinyatakan positif mengandung.

“Aku hamil, Mas,” lanjut istrinya. “Kau akan menjadi seorang ayah.”

Tarno tentu senang mendengarnya. Apalagi, Tarno dan istrinya sudah menunggu dua tahun kehamilan itu. Dan karena kehamilan istrinya ini, Tarno sejenak bisa melupakan masalahnya.

Tarno pun lekas mencium kening dan perut istrinya. Sejalan itu juga Tarno menggumam di dalam hati kalau dirinya akan menjadi ayah. Hanya kebahagiaan itu mendadak hilang ketika istrinya kembali membuka pembicaraan mengenai tes CPNS tersebut.

“Semoga dengan hadirnya bayi ini, bisa menjadi berkah untuk kita, Mas,” ucap istrinya lembut.

Tarno termenung mendengarkan kalimat istrinya. Di dalam kepala Tarno sedang berkecamuk sesuatu. Hati Tarno gelisah. Terlebih lagi, saat melihat wajah istrinya yang sangat berharap ia bisa diterima sebagai pegawai.

“Kalau kamu nanti bisa diterima sebagai pegawai, biaya persalinan dan hidup anak kita pasti lebih mudah, Mas.”

Tarno hanya bisa menelan ludah getir mendengar semuanya.

***

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement