Rabu 13 Feb 2019 16:50 WIB

Rindu Menjelang Senja

Kerinduan membumbung tinggi melahirkan air di pelupuk mata yang keriput.

Rindu Menjelang Senja
Foto:

Sebenarnya aku tak perlu menahan kerinduan ini. Hidup orang-orang yang aku cinta baik-baik saja. Itu sebenarnya sudah cukup untuk wanita renta sepertiku.

Namun tetap saja tidak mengurangi rasa rindu yang tiba-tiba hadir. Besok, Desember semua orang akan jauh mengunjungi keluarga. Aku dan seorang wanita seumuran bernama Pani Dagmara akan tinggal berdua saja di panti ini.

Pikiranku melayang ke masa 30 tahun lalu. Saat itu, kutinggalkan rumahku untuk menikah dengan seorang lelaki asing Polandia.

Setahun berselang, Sebastian membawaku ke negeri Sang Paulus ini untuk merasakan hidup baru. Aku menyalami ibu dan abah yang melepasku dengan linangan air mata.

Masa itu terasa baru berlalu. Ternyata masa itu kini datang padaku, menua di negeri asing. Putaran kehidupan terjadi begitu cepat.

Aku datang ke negeri ini saat tumpukan salju teronggok di sudut-sudut jalan. Orang-orang dari dahulu tak berubah, kaku dan bergerak cepat. Bahasa mereka hampir tak bisa aku pahami, sulit sekali diucap. Meskipun demikian, aku telah memilih jalanku bersuamikan lelaki asing.

Setelah melahirkan Rino, aku disergap pikiran gila. Mungkin saja ini yang dinamakan kesepian. Tersedu-sedu aku menangis di sudut taman setelah mengantar putra kecilku memasuki usia belajar. Tak ada seorang pun yang bisa kuajak bertukar kata. Aku akhirnya berdamai dengan keadaan.

Ketika itu, aku berikhtiar menyatu dengan orang lokal. Mempelajari bahasa mereka, memperhatikan tata krama dan pada akhirnya aku bisa memahami kisah pilu di ruang kelas, bus kota, dan sudut taman.

Rasa muak setiap menjelang musim dingin tak lagi kutangisi. Aku kembali hamil. Riani lahir saat Sebastian sudah mendapatkan pekerjaan di Warsawa. Kesulitanku berkurang, tapi pekerjaanku bertambah. Aku diterima bekerja sebagai pengasuh anak-anak, sekali pun aku menyandang gelar sarjana ekonomi dari universitas terkemuka di Indonesia.

Sebastian ingin aku tetap tinggal di rumah dan mengasuh anak-anak. Tapi dia tahu betul ketika menikahiku, perempuan Sunda berparas manis tapi keras kepala. Aku bekerja mengumpulkan uang dan mengirimkan setiap bulan untuk keluargaku di kampung halaman.

Kapan kerinduan ini terobati? Laki-laki yang kucinta telah pergi selamanya. Anak-anakku pun telah berlalu dengan langkah-langkah panjang, jauh dari pandangan mata. Mereka menjauh mengikuti garis hidup, kadang menoleh dan pada akhirnya tidak sama sekali. Tak lebih tak kurang dengan yang kulakukan dahulu.

Sekali pun aku lelah mengandung dan mengasuh, mereka berlalu menyambut masa depan. Tak ada yang perlu kutangisi di usia menjelang senja.

Aku bahagia mereka menyongsong sejuta harapan dan cita-cita. Hanya saja, masaku kini hanya ketuaan di tanah asing. Kerinduan membumbung tinggi melahirkan air di pelupuk mata yang keriput.

Kehidupan di rantau jauh dari peman dangan ayam jago menjelang fajar, sawah la dang hijau sepanjang musim, dan panas ma tahari setiap waktu. Gelap di negeri ini mem buatku di ujung derita. Bukankah ini mimpi yang dulu kupupuk? Memandangi salju dari balik jendela kamar. Doaku terkabul! Aku mengenang masa kecil di Ciamis yang kurindukan.

Aku sudah tak ingat bagaimana rupa adik bungsuku, Dini. Aku merantau sewaktu ia baru bisa melangkah. Entah bagaimana paras cantiknya bersemi. Aku rindukan pertemuan dengannya.

Umi dan Abah juga sudah berpulang. Mungkin saja waktuku akan segera menyusul. Entahlah, aku disergap kesendirian yang perih di rantau.

TENTANG PENULIS

RAIDAH ATHIRAH adalah seorang diaspora yang tinggal di Polandia. Belum lama ini dia meraih penghargaan dalam Bilik Sastra VOI Award 2017. Dalam perlombaan itu dia mengirimkan cerpen berjudul "Kenangan, Cinta, dan Sejarah Kota Tua." Warga Indo nesia ini gemar membuat karya tulis fiksi, seperti cerpen yang kini pembaca nikmati. Kisah yang ditulisnya kaya dengan nuansa hidup dalam perantauan. Menyentuh hati siapa pun yang membacanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement