Ahad 27 Jan 2019 17:23 WIB

Mata Merindu

Sorot mata Fajar dan Ziza adalah mata yang saling merindu.

Mata Merindu
Foto:

Ketika aku dan Khalid berjalan menuju pintu keluar bandara, Mansur sudah menunggu.

Assalamualaikum, Kang Fajar dan Khalid. Selamat datang di Lombok. Bumi Seribu Masjid. Kenalkan ini Eki, sopir yang akan mengantar dan melayani Kang Fajar dan Khalid selama berada di Lombok, ujar Mansur.

Assalamualaikum, Ustaz, kata Eki seraya mencium tanganku. Kami naik Innova seri terbaru yang sudah diparkir di depan gerbang keluar bandara.

Terima kasih lho, Kang, sudah berkenan hadir memenuhi undangan Tuan Guru, kata Mansur.

Terus terang, saya juga kangen kepada Tuan Guru. Makanya saya datang, sahutku.

Kang, biasanya para tamu atau pembicara menginap di Hotel Santika. Akang pun kami pesankan kamar di sana, kata Mansur.

Antum menginap di mana?

Saya dan teman-teman Republika menginap di Fave Hotel. Letaknya dekat dengan Islamic Center. Hanya sekitar 100 meter. Jadi, bisa jalan kaki dari hotel ke Islamic Center.

Boleh tidak kalau saya pindah ke Fave Hotel? Supaya lebih dekat dengan Islamic Center?

Oh, bisa, Kang. Sebentar saya koordinasikan dengan rekan saya, Indra. Mansur kemudian menelepon rekannya. Tak lama kemudian dia berkata, Beres, Kang.

Mas Eki, kita langsung ke Fave Hotel ya, kata Mansur. Perjalanan dari bandara ke Kota Mataram lancar. Lombok boleh dikatakan tidak kenal macet seperti halnya ibu kota Jakarta.

Namun, yang membuat aku selalu kagum dengan Lombok adalah masjid bertebaran di berbagai tempat. Ke mana pun kita memandang, mata kita akan melihat masjid.

Masjid-masjid yang indah, dengan bentuk kubah dan menara mirip Masjid Nabawi. Sore hari Mansur mengajak aku dan Kha lid ke Islamic Center. Selesai shalat Ashar berjamaah, dia mengajak aku keliling Masjid Hubbul Wathan tersebut.

Islamic Center dan Masjid Hubbul Wathan yang ada di dalamnya pertama kali di gunakan pada MTQ Nasional ke-26 yang diadakan di Lombok, pada 2016, kata Mansur.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah poster raksasa. Isinya tentang talk show hijab dan kosmetik halal bersama Presiden Direktur Wardah Cosmetics Nurhayati Subakat. Acara tersebut akan digelar Ahad sore.

Yang membuatku terkejut adalah di situ ditulis nama moderatornya adalah Ziza Almeyda. Dia adalah staf di kantor MUI Pusat. Di baliho itu ada foto Nurhayati Subakat, ada pula foto Ziza.

"Mansur, besok Ziza jadi moderator?" Tanyaku tidak senang.

"Iyyya, Kang," jawab Mansur agak gugup.

"Apa maksudmu? Engkau hendak mengejek saya ya? Setelah engkau melamar Ziza, sekarang engkau ingin menunjukkan Ziza kepada saya? Begitu?"

"Bukan begitu, Kang. Jangan marah dulu," Mansur berupaya meredam amarahku.

Aku menarik napas panjang. "Ya, apa hakku marah kepadamu? Bukankah aku yang selama ini beberapa kali menyuruh engkau untuk mengkhitbah Ziza? Usianya sudah 30 tahun. Dia wanita yang salehah. Namun, sampai sekarang belum menikah. Selamat, Mansur. Engkau sungguh lelaki yang beruntung mendapatkan wanita sebaik Ziza," kataku dengan suara getir.

"Terima kasih, Kang. Ziza datang besok pagi. Mohon izin, nanti saya pertemukan Ziza dengan Akang ya."

"Ya, silakan."

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement